Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas Minggu
Desk Kompas Minggu harian Kompas

Desk Kompas Minggu (Koming) Harian Kompas, JL. Palmerah Selatan 26-28, Jakarta. Pasukan Koming: INE, CAN, SF, NAW, MHF, WKM, DWA, EKI, DOE, FRO. Akun ini digunakan untuk menampilkan teaser dari tulisan-tulisan yang tayang di Kompas Minggu. Selengkapnya, baca koran Kompas Minggu atau versi digitalnya bisa diakses di Kompas.ID.

Ekspedisi Alat Musik Nusantara, Belajar Kearifan dari Gamelan

Kompas.com - 24/02/2018, 18:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik kusamnya gamelan di berbagai pelosok negeri karena mulai jarang disentuh generasi mudanya, terkandung makna adiluhung dalam proses pembuatan maupun proses pementasannya. Kita sering tak menyadarinya dan abai. 

Tak salah lagi, alunan musik gamelan berikut tata cara memainkannya menjadi cermin perilaku masyarakat. Harian Kompas mulai Minggu (25/2/2018) akan mengupas sisi-sisi filosofis serta dinamika masyarakat jawa dari gamelan.

Dalam pengertian umum, gamelan diartikan sebagai orkestrasi sejumlah instrumen pukul, gesek, tiup, dan petik. Instrumen itu antara lain berupa gong, kempul, kenong, kempyang, bonang, sitar, rebab, suling, gambang, gender, saron, kendang, peking, balungan, dan slentem.

Semua disusun sedemikian rupa dan membentuk pakem dalam konteks permainan tradisional.
Tidak ada catatan pasti sejak kapan gamelan ada di bumi Nusantara.

Leksikografer sekaligus filolog Belanda Jan Laurens Andries Brandes menyebut gamelan sebagai salah satu dari sepuluh kebudayaan asli Nusantara.

Beberapa relief di Candi Borobudur menggambarkan beberapa instrumen gamelan, yang berarti kesenian ini sudah menjadi keseharian masyarakat sejak abad ke-9. Gamelan lalu tersentuh beragam budaya seperti Eropa dan Arab, hingga berevolusi seperti sekarang ini dengan beragam variannya.

Berinteraksi dengan gamelan sama artinya belajar hidup sopan. Penabuh gamelan harus lembut. Duduknya harus bersila.

Perangai penabuh tidak boleh jelalatan, harus fokus. Menabuhnya tidak boleh ugal-ugalan. Artinya, hidup harus bisa mengendalikan diri dan menjaga sopan santun. Tidak jumawa.

Dalam orkestrasi gamelan, seorang pengendang menentukan ritme gending. Dia seumpama pemimpin.


Dia perlu menyimak dengan baik tabuhan kenong, bonang, dan saron. Mempunyai pendengaran tajam suara suling dan rebab.

Perlu juga mengetahui kemampuan para pengrawit lain, sehingga menghasilkan gending harmonis. Pengendang dituntut paham kapan menurun-naikan tempo.

Dari gamelan, masyarakat belajar memahami dirinya sendiri. Bagi mereka yang cenderung temperamental, misalnya, merasa lebih cocok main instrumen tabuh seperti saron atau gambang.

Sebab, instrumen lain seperti rebab atau siter lebih cocok bagi mereka yang berkarakter lembut, sehingga instrumen tersebut disebut alusan.

Tak salah lagi, alunan musik gamelan berikut tata cara memainkannya menjadi cermin perilaku masyarakat. Harian Kompas akan mengupas sisi-sisi filosofis serta dinamika masyarakat jawa dari gamelan.

Liputan gamelan menjadi edisi perdana dalam Ekspedisi Alat Musik Nusantara 2018. Liputan ini muncul setiap akhir bulan sejak Februari sampai November 2018.

Jangan lewatkan, baca koran Kompas Minggu, 25 Februari 2018. Anda juga bisa menyimaknya dalam versi digital di Kompas.ID. (Mohammad Hilmi Faiq)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com