Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Punya Biaya, Penderita Kanker Ganas Ini Harus Tinggalkan Rumah Sakit

Kompas.com - 22/02/2018, 07:22 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

PIRU, KOMPAS.com - Ruang rawat pasien Meranti di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, tampak hening. Tak ada sedikit pun canda dan tawa yang terdengar di ruangan tersebut.

Di dalam ruangan itu, Suria Saun Palisoa tampak terbaring lesu dengan kondisi tubuh yang kaku. Nenek berusia 60 tahun ini hanya bisa menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya sambil sesekali meneteskan air matanya.

Nenek beranak tiga ini dibawa ke RSUD Piru dari tempat tinggalnya di Dusun Tanah Goyang, Desa Loiki, Kecamatan Huamual, oleh keluarganya sejak sepekan lalu setelah tangan kanannya terus membengkak.

Menurut Susana Palisoa, tangan ibunya itu mulai terlihat membengkak sejak tiga bulan terakhir. Namun, karena keterbatasan biaya, mereka tidak sanggup membawa ibunya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

“Sudah enam hari di rumah sakit, kita bawa ke sini karena tangan mama terus membengkak. Selama ini hanya rawat di rumah karena tidak punya biaya untuk dibawa ke sini,” kata Susana saat ditemui Kompas.com di rumah sakit tersebut, Selasa (20/2/2018).

Baca juga: Dalam Kondisi Tak Sadarkan Diri, Seorang Pasien Dipaksa Pulang

Susana mengaku, selama tiga bulan di rumah, ibunya hanya diberi ramuan berupa daun-daunan dan obat kampung. Namun, usaha itu ternyata tidak juga membuahkan hasil karena tangan ibunya tidak juga sembuh dari penyakit yang diderita.

Saat itulah, pihak keluarga mulai berpikir untuk membawa Saun ke rumah sakit yang ada di Piru untuk mendapatkan perawatan medis. Bukan perkara mudah bagi Susana dan keluarganya untuk membawa sang ibu ke rumah sakit.

Sebab, selain jarak rumah sakit yang sangat jauh, pihak keluarga juga tak punya cukup biaya untuk membawa Saun ke rumah sakit tersebut.

“Kita bingung harus bagaimana, akhirnya dengan terpaksa kita harus meminjam sejumlah uang untuk keperluan pengobatan mama, untuk transportasi, untuk biaya makan, dan biaya lainnya selama di Piru,” ujar Susana.

Menurut dia, semula pihak keluarga mengira bahwa penyakit yang diderita ibunya itu hanyalah pembengkakan biasa. Namun, setelah didiagnosis oleh dokter, ternyata penyakit yang menjalar di tangan dan tubuh ibunya adalah kanker payudara yang sangat ganas.

“Akhir tahun 2017 lalu mama pernah dibawa ke RSUD di Ambon, tapi dokter mengatakan kalau itu hanya pembengkakan biasa. Jadi kita tidak mengira sama sekali kalau itu kanker,” ucapnya.

Susana bercerita, ibunya sempat dirawat selama delapan hari di RSUD Ambon, dan saat itu dokter yang menangani ibunya itu mengaku bahwa ibunya mengidap penyakit aneh sehingga dokter meminta agar pihak keluarga mencari pengobatan alternatif.

“Kata dokter saat itu, penyakit mama unik, jadi dokter menyarankan berobat di luar. Saat itu kita langsung bawa pulang ke kampung dan setelah itu tangan mama mulai membengkak,” kata dia.

Baca juga: Hidup Miskin, Ibu Empat Anak Ini Bertahan Hidup dengan Batu Bata

Keluar dari rumah sakit

Selama sepekan dirawat di RSUD Piru, kondisi Saun yang terserang kanker payudara tidak juga membaik. Sementara di sisi lain, pihak keluarga harus terus mengeluarkan biaya untuk keperluan makan dan sebagainya.

Keterbatasan biaya itu pula yang membuat pihak keluarga terpaksa mengambil keputusan untuk mengeluarkan Saun dari RSUD Piru, meski kondisinya masih sangat memprihatinkan.

Hasan Palisoa, suami Saun, mengaku saat ini keluarga hanya bisa pasrah dengan kondisi yang dialami istrinya itu. ”Saya ini hanya orang miskin, tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi mau bagaimana lagi, kita keluarkan saja dulu,” ujarnya.

Hasan mengaku, selama enam hari di rumah sakit, istrinya mendapat pelayanan yang baik, tetapi kondisi kesehatan istrinya itu tidak juga membaik. Padahal, keluarga sangat berharap setelah dirawat di rumah sakit, penyakit yang menyerang istrinya itu dapat tertangani.

“Pelayanan dari dokter sangat baik, setiap hari ada dokter yang datang melihat, mungkin karena keterbatasan peralatan medis,” ucapnya.

Sebagai petani biasa, Hasan menyadari bahwa biaya berobat istrinya itu tidaklah kecil. Meski istrinya telah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), tetapi bukan berarti keluarganya tidak mengeluarkan biaya sama sekali.

Menurut Hasan, pihak keluarga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk keperluan makan dan transportasi setiap hari. Karena kondisi itulah, Hasan bersama keluarga memutuskan untuk mengeluarkan istrinya karena terkendala kondisi biaya.

“Jadi kita keluarkan saja dulu, karena tidak bisa dipaksakan,” katanya.

Baca juga: Derita Bayi Serafina, Kena Kanker Kulit dan Tak Bisa Diobati Medis karena Miskin

Surat rujuk

Keterbatasan peralatan medis di RSUD Piru membuat Saun hanya dapat ditangani seadanya oleh petugas medis. Padahal, penyakit kanker payudara yang menyerang Saun telah menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dokter yang menangani Saun mengaku bahwa pihak rumah sakit telah berbuat yang terbaik kepada ibu tiga anak itu. Pihaknya pun terpaksa memberikan surat rujukan kepada keluarga pasien karena kondisi peralatan medis yang tidak memadai.

“Kita sudah keluarkan surat rujukan karena memang perlatan di rumah sakit ini sangat minim,” kata dokter Kartika.

Menurut Kartika, penyakit yang diderita Saun sangat membutuhkan penanganan medis yang maksimal serta ditunjang dengan peralatan yang memadai karena penyakit itu telah menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Jadi harus rujuk ke Makassar atau Pulau Jawa. Keluarga juga sudah bersedia, jadi kita keluarkan suratnya,” ucapnya.

Baca juga: Nenek Miskin yang Pernah Makan Daun Kini Bisa Tersenyum Bahagia...

Meski sudah ada surat rujukan, tetapi pihak keluarga belum dapat membawa Saun ke rumah sakit di luar Maluku. Alasannya lagi-lagi karena masalah keterbatasan biaya sehingga Saun hanya bisa dipulangkan ke kampung halamannya.

Untuk merujuk Saun ke rumah sakit di luar Maluku, pihak keluarga setidaknya harus menyediakan biaya yang tidak sedikit. Sebab, biaya transportasi menuju Ambon hingga ke Makassar pergi pulang mencapai belasan juta. Itu pun belum terhitung biaya hidup bagi keluarga yang menemani Saun ke Makassar atau ke Pulau Jawa.

Hasan pun berharap kiranya ada dermawan yang sudi membantu keluarganya demi proses penyembuhan istrinya ke luar Maluku.

“Ya, harapan saya dan keluarga semoga saja ada yang membantu. Kita juga akan terus berusaha dengan berbagai cara agar semuanya berjalan lancar,” tuturnya.

Kompas TV Seorang kakek miskin Warga Desa Alue Buya Gampong, Kabupaten Bireuen, Aceh, bertahun-tahun menghabiskan masa tuanya seorang diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com