Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaget Bertemu Dedi Mulyadi, Pedagang Golok Ini Juga Keluhkan Kendala Bisnisnya

Kompas.com - 15/02/2018, 16:58 WIB
Irwan Nugraha,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Yedi Bedog (45), seorang pandai besi sekaligus pedagang golok keliling, merasa kaget saat dipanggil oleh calon wakil gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, di Kecamatan Walahar, Kabupaten Karawang, Kamis (15/2/2018).

Lelaki asal Sukabumi ini tak menyangka kalau yang membeli pertama hasil pandai goloknya sama dengan gambar di kausnya yang dipakai berdagang keliling. Dia mengaku membuat sendiri golok dan menjualnya ke daerah Karawang, Purwakarta, dan Cianjur.

"Saya secara turun-temurun sudah menjadi pandai besi. Sejak kecil, saya sudah diajarkan membuat golok oleh orangtua. Saya kaget tadi yang beli pertama golok adalah Pak Dedi Mulyadi," jelas Yedi kepada Kompas.com di Karawang, Kamis siang.

Yedi menambahkan, dia mengaku baru kali pertama bertemu dengan sosok Dedi Mulyadi saat berdagang di Karawang. Setelah membuat golok satu atau dua minggu, baru dia berjualan keliling memakai angkutan umum ke Karawang dan sekitarnya.

"Saya menjual golok dari paling murah Rp 150.000 sampai paling mahal Rp 450.000. Mahalnya harga golok disesuaikan dengan bagaimana kesulitannya," tambah Yedi.

Kendala dalam bisnis yang ditekuninya ini adalah masalah pemasaran. Dulu, penjualan hasil pembuatan golok datang ke rumah sendiri. Sekarang penjualan sulit dan harus dijual sendiri secara keliling seperti sekarang.

"Pemasaran sulit sekarang, kalau dulu datang sendiri ke sini, sekarang harus dijual keliling seperti ini," ungkapnya.

Baca juga: Blusukan ke Cikampek, Dedi Mulyadi Beli Boneka untuk Koleksi

Golok sama dengan samurai

Perhatian masyarakat terhadap kebudayaan tradisional masih amat kurang. Contohnya terhadap kerajinan golok di Cisaat, Sukabumi. 

"Kita harus mencontoh ke Jepang, bagaimana masyarakatnya menghargai samurai dan pisau miliknya. Apabila kita juga menghargai hal tersebut, bukan tidak mungkin golok Cisaat juga bisa seperti itu," ungkap Dedi Mulyadi.

Menurut Dedi, pisau dan samurai Jepang bisa berharga sangat mahal. Apalagi pembuatannya menggunakan bijih besi pilihan, ditambah dengan ukiran-ukiran dengan nilai artistik tinggi.

"Nah, sama dengan golok juga, banyak ukiran-ukiran dan lukisan yang bergambar bagus. Sayangnya, suka dihubungkan dengan hal-hal mistis sehingga masyarakat justru menghindarinya," ucapnya.

Padahal, kata Dedi, dengan nilai seni yang tinggi, harga golok akan semakin mahal. Bahkan Dedi berjanji akan memfasilitasi masyarakat perajin golok dalam marketing, branding, hingga packaging golok tersebut.

"Sayangnya, justru bahan baku dari golok kita diambil dari besi-besi bekas, seperti per bekas atau bahan lainnya. Ini perlu diganti agar kualitasnya menjadi semakin baik," tutur Dedi.

Bahkan kalau perlu, di Jawa Barat ini daerah-daerah yang memiliki kerajinan seperti golok, keramik, minyak wangi, atau lainnya diberi ruang khusus pendidikan.

"Sekolah-sekolah di sekitar daerah tersebut diharuskan memasukkan kurikulum pendidikan," ujarnya.

Baca juga: Kampanye Hari Pertama, Dedi Mulyadi Jenguk Orang Sakit di Karawang

Kompas TV Dedi menilai hal itu merupakan dukungan karena adanya hubungan kedekatan. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com