Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Buruk Jelang Imlek, Nelayan Batam Sulit Dapatkan Ikan Keberuntungan Ini

Kompas.com - 15/02/2018, 16:35 WIB
Hadi Maulana,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com - Tidak saja sejumlah pernak-pernik perayaan Imlek yang wajib dipersiapkan menjelang tahun baru Tiongkok ini. Di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), warga Tionghoa berburu ikan dingkis di pasar hingga di pelosok pulau yang ada di Kota Batam ini.

Sebab, ikan dingkis diyakini akan membawa keberuntungan karena hanya bertelur setahun sekali, dan itu saat pergantian tahun baru China.

Tidak heran, para nelayan Batam akan berlomba-lomba menjaring ikan dingkis ini untuk mendapatkan penghasilan yang besar. Bahkan ada nelayan yang sebulan menjelang perayaan Imlek sudah mempersiapkan peralatannya untuk menjaring ikan keberuntungan ini.

Sebab, ikan ini tidak selamanya ada, dan bila sepi, harga jualnya bisa mencapai Rp 400.000 per kilogram.

Egoi (63), nelayan asal Kampung Monggak, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, Batam, Kepri, mengaku hasil panen kali ini tidak sebanyak hasil panen tahun lalu.

Namun begitu, setidaknya tahun ini dia masih bisa menjual ikan dingkis kepada pelanggannya, baik yang ada di Batam maupun dari Singapura, untuk perayaan Imlek 2569 tahun ini.

Meski sudah terbilang tua dan gerak langkahnya mulai melambat, pria yang sudah puluhan tahun menekuni profesi sebagai nelayan ini tidak mau ketinggalan dengan para nelayan yang jauh labih muda dari dirinya.

"Momen ini tidak pernah saya lewatkan sampai sekarang, makanya pelanggan saya sangat senang dengan saya. Walau sedikit, mereka tetap bisa mengonsumsi ikan keberuntungan ini di malam pergantian tahun Tiongkok atau Imlek," ungkap Egoi, Kamis (15/2/2018).

Baca juga: Imlek, 9.500 Warga Tionghoa Tinggalkan Batam Lewat Pelabuhan Sekupang

Untuk mendapatkan ikan dingkis ini, jauh-jauh hari dia sudah mempersiapkan alat tangkapnya, yakni berupa kelong yang dibuatnya beberapa minggu sebelum masa bertelur ikan tahunan ini.

Kelong adalah jenis alat tangkap berbagai jenis biota laut yang memang banyak di Kepri. Ikan, kepiting, cumi, dan hewan laut lainnya bisa didapat dengan kelong. Alat tangkap jenis ini berupa jaring dengan ukuran sedang yang dibentuk sebagai perangkap.

Menggunakan kayu sebagai tulang yang menegakkan jaring-jaring, kelong ini dibentuk dengan pintu yang menjorok ke dalam sehingga biota laut yang masuk ke dalamnya tidak bisa keluar, para nelayan menyebutnya bubuh.

Dalam satu kelong, terdapat beberapa bubuh sehingga membentuk pintu berlapis yang semakin dalam semakin menyempit, memudahkan nelayan menangkap ikan yang sudah terperangkap.

Di bagian lain kelong, dipasang jaring mengarah ke sisi luar kelong untuk menuntun ikan masuk ke bubuh, jaring-jaring ini disebut penajur yang dipasang di sisi samping dan bagian belakang kelong, dengan ukuran panjang tertentu. Semakin panjang penajur semakin baik untuk kelong.

"Meski sudah maksimal kelong yang dipasang, tetap saja hal ini juga penuh dengan keberuntungan bagi kami para nelayan. Kalau beruntung, terkadang kami bisa mendapatkan belasan hingga puluhan kilo. Tapi kalau tidak beruntung, untuk makan sendiri pun terkadang tidak cukup," ungkap Egoi.

Baca juga: Long Weekend Selama Imlek di Medan, Yuk Mampir ke 5 Tempat Ini

Kelong sendiri harus tetap ditunggu. Sebab, jika ditinggal, bisa saja kelong ini dipanen orang lain karena berada di tengah laut. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, kelong ini harus dipanen setiap subuh, makanya setiap nelayan harus bermalam di tengah laut di kolong melikinya masing-masing.

"Banyaklah suka dukanya, mulai diterjang badai hingga kelong roboh, menyaksikan ribuan ekor ikan masuk ke kelong dan banyak lagi hal-hal yang menurutnya meninggalkan kesan," ujarnya.

Lantas apa hubungannya Imlek dengan masa bertelur ikam dingkis ini? Egoi mengaku tidak tahu secara pasti. Hanya saja, dari pengalamannya selama puluhan tahun menjaring dan menjual ikan dingkis ini, ikan ini memiliki faktor penting menjaga keberuntungan masyarakat Tionghoa di kawasan Kepri, termasuk masyarakat Tionghoa di Singapura, bahkan Malaysia.

"Itulah kenapa harga ikan ini memiliki nilai jual yang tinggi, bahkan warga Tionghoa tidak mempermasalahkan harganya, yang terpenting bagi dirinya ikan dingkis selalu ada dalam hidangan jamuan makan malam perayaan Imlek," terang Egoi.

"Apabila masyarakat Tionghoa tidak menyediakan ikan dingkis pada momen sembahyang di hari Imlek, maka keberuntungan akan menjauh," kata Egoi.

Kompas TV Jelang perayaan Tahun Baru Imlek ke-2569, para produsen barongsai di Semarang, Jawa Tengah, kebanjiran pesanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com