Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepiluan Warga Pedalaman Saat Kemarau Melanda...

Kompas.com - 15/02/2018, 15:31 WIB
Masriadi ,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi


ACEH UTARA, KOMPAS.com – Lima warga Desa Munje Tujoh, Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara, terlihat sibuk di bibir sungai desa itu, Rabu (14/2/2018).

Mereka memasang pipa berukuran sebesar paha orang dewasa, lalu menghidupkan mesin pemompa air dan memasukkan satu pipa ke dalam sungai. Sementara pipa lainnya ditarik ke area persawahan, puluhan meter dari bibir sungai.

Begitu air muncrat dari sambungan pipa, mereka bersorak-sorai. Area persawahan itu perlahan mulai teraliri air. Tanah retak dan menganga menyisakan lubang membujur panjang. Tiga pekan terakhir, kekeringan melanda kawasan itu. Dampaknya, sawah mengering dan terancam gagal panen.

“Kami berusaha menyelamatkan padi yang telah ditanam ini. Tapi, ini juga masih meragukan karena tak mungkin bisa mengairi puluhan hektar sawah hanya dengan satu mesin pompa sederhana,” terang Muhammad, petani di desa itu.

Baca juga: Kemarau Panjang, 82 Desa di Grobogan Alami Kekeringan

Matanya nanar menatap hamparan padi yang mengering. Pucuk padi terlihat mulai menguning, tanda kekurangan air.

“Jika tak segera diberi air, pasti seminggu lagi semua padi ini akan mati,” katanya.

Petani lainnya, M Yusuf, menyebutkan, mereka hanya memiliki satu mesin pompa air. Sepanjang lima tahun terakhir, kali ini merupakan kemarau terpanjang yang mereka hadapi.

“Untuk minum dan kebutuhan keluarga, kami mengangkut air sungai dengan menggunakan jeriken. Sumur sudah kering semua,” sebut Yusuf.

Bagi Yusuf dan Muhammad, kebutuhan air untuk keluarga tak begitu masalah. Namun, bagi Siti Rahimah, warga Desa Alue Drien, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, kebutuhan air minum dan keluarga menjadi masalah.

“Kita ambil air payau. Itu pun harus datang pagi sekali. Kalau tidak, sudah habis diambil orang. Setelah subuh itu kita ke payau, jaraknya sekitar 20 kilometer dari rumah,” terangnya.

Baca juga: 4 Bulan Kemarau, Diguyur Hujan Sehari Langsung Banjir

Bahkan, untuk mandi, Rahimah dan keluarga hanya melakukannya sekali sehari. Sebelum kemarau, mereka bisa mandi sepuasnya.

“Kita simpan air buat masak dan berwudu saja. Kalau mandi, sekali sehari dengan air terbatas,” ujarnya.

Jika air payau sudah mengering, maka tak ada pilihan. Rahimah harus mengambil air di sungai yang jaraknya sekitar 30 kilometer dengan mengayuh sepeda tua miliknya.

Puluhan petani di Desa Matang Keh, Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (14/2/2018), melaksanakan shalat sunat istisqa (minta hujan) di area persawahan yang mengering. Kompas.com/Masriadi Puluhan petani di Desa Matang Keh, Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (14/2/2018), melaksanakan shalat sunat istisqa (minta hujan) di area persawahan yang mengering.

Mereka pun berharap kepada Allah SWT untuk memberikan hujan. Tadi malam, mereka berkumpul. Ribuan orang di Masjid Alue Bungkoh, Pirak Timu, Aceh Utara, berzikir bersama untuk memohon kepada Sang Pencipta.

“Seharusnya pemerintah membantu pompa air agar bisa digunakan warga di sungai. Ini warga mengambil air sungai langsung begitu, tak ada penyaringan, sangat tidak sehat sebenarnya. Namun terpaksa," kata T Faisal Razi, warga lainnya.

Kini, masyarakat di pedalaman Kabupaten Aceh Utara itu berharap air mengalir sampai jauh. Agar tumbuhan mereka subur kembali. Agar hasil panen bisa digunakan untuk keluarga dan anak cucu.

Baca juga: Kemarau, Warga di Parepare Antre Air di Sumur yang Hampir Kering

Kompas TV Kemarau masih melanda sejumlah daerah. Dampak kemarau tidak selamanya buruk bagi sebagian kalangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com