Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Sepaham, Suliono Dijauhi Teman-temannya di Pesantren

Kompas.com - 13/02/2018, 08:32 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com — Suliono (23), pelaku penyerangan pastor dan umat gereja, tercatat pernah belajar di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin Payaman I, Desa Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sejak Juli 2017.

Namun, perilakunya cenderung mengarah pada paham radikal yang tidak sepaham dengan ajaran di ponpes tersebut sehingga tidak jarang teman-temannya sesama santri mengucilkannya.

"Kalau ngobrol itu selalu soal jihad-jihad radikal, teman-temannya sering tidak nyambung, jadi tidak pernah diperhatikan. Kalau di kelas kadang agak dikucilkan," ucap Hanafi, Kepala Madrasah Ponpes Sirojul Mukhlasin Payaman I, Senin (12/2/2018) sore.

Hanafi menceritakan, Suliono hanya bertahan lima bulan berada di ponpes ini. Selama itu, perilakunya memang terlihat biasa layaknya santri lain. Dia juga membantu usaha laundry salah satu pengasuh ponpes.

"Kalau perilaku normal seperti santri lain. Cuma kalau kata kawan-kawannya, dia sering ngobrolin tentang jihad, pernah lihat video, berita-berita jihad seperti itu," ujarnya.

Baca juga: Suliono Pernah Diingatkan karena Kumpulkan Santri Ponpes Ibnu Sina

Hanafi mengaku kaget mengetahui informasi tentang Suliono yang menyerang Gereja Santa Lidwina di Sleman, Minggu (11/2/2018). Dia baru tahu kabar tersebut dari kepolisian yang datang ke ponpes, Minggu malam.

"Saya kaget sekali, baru tahu dari polisi yang datang kemari. Kami memang kurang mengikuti media sosial, santri kami tidak diperbolehkan bawa handphone," ujarnya.

Hanafi sangat menyayangkan tindakan Suliono itu karena telah mencemarkan nama Ponpes Sirojul Mukhlasin Payaman I. Hanafi menegaskan, ponpes yang berdiri sejak 105 tahun silam ini tidak pernah mengajarkan sedikit pun tentang kekerasan, terlebih radikalisme.

"Kurikulum yang kami pakai sejalan dengan Nahdlatul Ulama (NU), sama dengan kurikulum yang dipakai di ponpes umumnya. Kami belajar menghafal Al Quran, hadis," ujarnya.

Sebelum melanjutkan pendidikan di Ponpes Sirojul Mukhlasin Payaman I, Suliono tercatat pernah belajar di Ponpes Sirojul Mukhlasin Payaman II di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Di ponpes itu, pria asal Banyuwangi itu belajar selama dua tahun pada 2015-2017.

Muamar, pengasuh Ponpes Sirojul Mukhlasin Payaman II, mengatakan, selama belajar di ponpesnya, Suliono tidak menonjol dalam perilaku ataupun prestasi. Pihaknya juga mengaku tidak tahu latar belakang kehidupan Suliono sebelum masuk ke ponpesnya.

"Saya ndak tahu itu. Dia datang ke sini mendaftar sebagai santri lulusan SMA. Datang untuk belajar, latar belakangnya ndak tahu, kami juga ndak minta surat keterangan kelakuan baik dari kepolisian. Hanya kartu identitas dan syarat administrasi lainnya," katanya.

Baca juga: Teriak Histeris Ibu Kandung Suliono Saat Rumahnya Digeledah Polisi

Dia menyebutkan, ponpesnya dihuni sekitar 1.800 santri putra dan sekitar 1.000 santri putri. Mereka berasal dari sejumlah daerah di Indonesia dan dari negara-negara tetangga.

Seperti diberitakan, seorang pemuda bernama Suliono (23) ditetapkan sebagai tersangka setelah kedapatan melakukan penyerangan di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta, saat prosesi ibadah, Minggu (11/2/2018) pagi.

Peristiwa itu menyebabkan romo gereja terluka. Kasus ini masih dalam penyidikan kepolisian setempat dan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

Kompas TV Menurut Kapolri, Suliono diduga terkena paham radikal yang mengarah pada tindakan kekerasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com