"Saya sudah tua, fisik ini sudah tak sekuat dulu. Saya ingin momong cucu saja. Biarkan yang lebih muda yang menggantikan saya," tutur pria yang berprofesi sebagai petani ini.
Baca juga: Kalau Tidak Ada LPJ Sama Sekali, Kasihan RT dan RW.
Menjadi contoh
Dalam kegiatan yang berlangsung hampir dua jam ini, ketua RT terpilih langsung diumumkan di hadapan masyarakat dengan disaksikan para perangkat desa. Masing-masing hasil surat suara berisi harapan warga dibacakan secara bertahap oleh petugas. Petugas yang lain mencatat suara warga di papan tulis.
Sorak sorai warga terus bersahutan mendukung calon yang didukung. Ada tiga calon ketua RT 03 RW 03, yakni Achmad (47), Nurul Huda (45), dan Muh Mualimin (38). Ketiga calon ini pun didatangkan dan duduk berdampingan di lokasi TPS.
Masing-masing calon ketua RT ini mengemuka melalui hasil suara terbanyak warga sebelumnya. Ketiga petani itu kandidat terkuat. Sama-sama aktif di struktur organisasi desa.
Warga Desa Selojari yang mayoritas petani dan pekerja bangunan mengapresiasi dengan baik langkah warga RT 03 RW 03 ini. Mereka ikut berkerumun mendukung. Hal ini diharapkan menjadi cermin bagi RT lain untuk turut menyusulnya. Sebagai catatan, biasanya pemilihan ketua RT menampung aspirasi warga melalui musyawarah.
"Demokrasi seperti inilah yang kami harapkan. Meski dari tingkat paling kecil, prosesnya jujur dan damai tanpa pelanggaran. Siapa pun terpilih, kami senang dan mendukung. Semoga bisa menjadi contoh bagi semua," kata Mas Mun (40), warga setempat.
Baca juga: Dana Operasional Naik, Masih Bolehkah RT/RW Pungut Iuran Warga?
Demokrasi dan toleransi beragama
Waktu berlalu, Nurul Huda-lah yang akhirnya terpilih menjadi Ketua RT 03 RW 03, Dusun Selojari Atas, Desa Selojari. Dari hasil penghitungan suara, ia menyisihkan dua kandidat lain dengan memperoleh 60 suara. Terpaut tipis dengan yang lain.
Keputusan itu tidak memancing suasana memanas, justru mereka larut dalam kebersamaan. Siapa pun calon yang terpilih, warga tidak bergejolak. Mereka menerima hasil keputusan final tanpa harus saling sikut.
Seketika, Nurul dikejar oleh massa, baik pendukungnya maupun pendukung yang lain. Nurul digendong, kemudian diarak warga. Warga pun menurunkan Nurul di atas gerobak dan mendorongnya berkeliling kampung dengan diiringi permainan musik rebana. Saat itu warga dan Nurul hanyut dalam kebahagiaan. Mereka tertawa serta menangis terharu.
"Terima kasih sudah memercayakan saya. Saya akan melanjutkan program terdahulu, seperti pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian dan budidaya lele. Selama ini warga hidup dinamis dalam kesederhanaan. Selain mengajarkan demokrasi yang baik, pemilihan ketua RT ala pencoblosan pilkada ini adalah wujud kerukunan dan toleransi di desa kami. Meski berbagai macam agama, kami semua saling menyayangi dan mendukung," terang bapak dua anak ini.
Baca juga: Rumah Jadi Tempat Kejahatan, RT/RW Diminta Tingkatkan Siskamling
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.