KENDAL, KOMPAS.com - Di dukuh Kedonsari, Rt 03 Rw 08, Desa Penyangkringan Weleri, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, terdapat kelenteng berhadapan dengan mushala. Kedua tempat ibadah yang berjarak 50 meter itu adalah salah satu simbol kerukunan antar-umat beragama di Kendal.
Nama kelenteng yang berhadapan dengan mushala itu adalah Tri Dharma. Kelenteng yang sudah ada sejak zaman Belanda itu adalah satu-satunya kelenteng yang ada di Kabupaten Kendal.
Pada tahun 1976, kelenteng tersebut mulai dipugar dan dibangun. Menurut salah satu pengurus kelenteng Tri Dharma, Lukman Santosa, pihaknya tidak pernah bermasalah dengan umat Islam, meskipun berada di perkampungan yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam.
Bahkan, kata Lukman, seringkali ia dibantu oleh warga muslim bila ada perayaan besar di kelentengnya.
“Kami hidup rukun meskipun letak kelenteng kami berhadapan dengan mushala. Kami saling menghargai,” kata Lukman, Senin (12/2/2018).
Baca juga : Pelaku Kirim Teror Bom ke Kelenteng Lantaran Sakit Hati soal Pesangon
Lukman menjelaskan, kelenteng itu diberi nama Tri Dharma karena keberagaman agama Buddha, Kong Hu Cu dan Tao. Menurut Lukman, sebenarnya ketiga agama ini berdiri sendiri, namun ketiganya memiliki hubungan dan saling memengaruhi.
“Istilah Tri Dharma hanya ada di Indonesia. Umat Tri Dharma beribadah di tempat yang sama, yaitu kelenteng,” ujarnya.
Kelenteng Tri Dharma, jelas Lukman, memiliki kimsien patung “Baron Skeder” yang berasal dari Eropa, yakni Belanda. Baron Skeder ini hanya terdapat di kelenteng Tri Dharma Weleri.
Gambaran patung Baron Skeder dapat dilihat dari bentuknya, berhidung mancung, perawakannya kecil dan memakai jubah merah. Sedangkan Dewa atau Kongco utama dari kelenteng ini adalah Hok Thian Hian Siang Tee yang berada di altar utama.
Patung Baron Skeder, menurut Lukman, ditemukan oleh petani Grinsing Batang. Patung itu konon berada di dalam batang pohon singkong yang besar.
“Saat petani itu mau membelah batang pohon itu terkejut ketika mengenai benda keras. Ternyata benda itu adalah patung. Bekas bacokan itu, ada di patung Baron Skeder itu,” ungkapnya.
Baca juga : Pelaku Ancaman Bom terhadap Kelenteng di Karawang Ditangkap
Sementara itu, petugas bersih-bersih kelenteng Tri Dharma, Endang, mengatakan, kelenteng ramai dikunjungi pada saat- saat hari besar. Semua jadwal sudah tertulis di papan pengumuman.
“Kalau hari biasa jarang yang datang sembahyangan,” ujarnya.
Kepala Kesatuan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kendal, Ferry Boney, mengatakan, pada prinsipnya solidaritas dan kebersamaan antar-pemeluk agama di Kabupaten Kendal tidak ada masalah. Mereka bergabung dalam forum kerukunan umat bersama (FKUB).
“Kami rukun-rukun saja. Kebetulan kami membidangi FKUB itu,” tambahnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.