Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Kali Pertama pada 2018, Anak Burung Maleo Menetas di Pohulongo

Kompas.com - 09/02/2018, 16:37 WIB
Rosyid A Azhar ,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Seekor anak burung maleo (Macrocephalon maleo) menetas di hatchery (tempat penetasan) darurat yang dikelola masyarakat di Pohulongo, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

Munculnya burung endemik Sulawesi dari dalam tanah ini merupakan kabar gembira bagi warga. Ini adalah peristiwa kali pertama pada tahun 2018 terkait keberhasilan upaya konservasi yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

“Sejak pertengahan Desember lalu, masyarakat mengumpulkan telur maleo dan memindahkan ke lokasi penetasan darurat,” kata Bagus Tri Nugroho, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional I Limboto, Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Jumat (9/2/2018).

Telur maleo yang berada dalam tanah digali kembali dan dipindahkan ke lokasi yang dibuat masyarakat. Hal ini untuk mengurangi gangguan predator alam dan manusia.

Baca juga: Situs Peneluran Burung Maleo Masih Menyimpan Misteri

“Predator alami yang umum adalah biawak dan ular. Jika telur sudah menetas dan anakan berusaha naik ke permukaan, semut atau akar pohon menjadi pembunuhnya. Jika sudah berada di atas tanah, elang atau hewan lain siap menerkam,” kata Taufik Nadjamuddin, warga Pinogu yang melakukan inisiasi penyelamatan maleo di Pohulongo.

Pengumpulan telur maleo sejak pertengahan Desember lalu mencapai 42 butir, dan di antara telur ini sudah ada satu yang menetas.

Kawasan peneluran maleo Pohulongo merupakan daerah yang berada di dalam taman nasional, di mana terdapat panas bumi. Burung maleo meletakkan telurnya sekitar 30-50 cm di dalam tanah dan membiarkan panas bumi mengerami hingga telur itu menetas.

Meski tidak terlalu luas, Pohulongo merupakan kawasan peneluran yang aktif. Saat menetas, anak maleo ini keluar dari dalam tanah dan langsung terbang saat mencapai permukaan.

Baca juga: Ada Burung Mirip Maleo Hidup di NTT

Kompas TV Dengan kondisi alam yang masih terjaga, tak heran Rawa Bento menjadi destinasi pilihan para wisatawan.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com