Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah TKW Lombok yang Selamat dari Sindikat Perdagangan Orang

Kompas.com - 09/02/2018, 12:43 WIB
Fitri Rachmawati,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

“Kami dijanjikan akan diberangkatkan ke Arab Saudi dan Abu Dhabi, tapi kami justru ditempatkan di BLKN selama dua bulan. Kami ditempatkan menumpuk di dalam satu ruangan, belum lagi TKW dari daerah lain yang juga ditumpuk menjadi satu,” cerita Sudikah, TKW asal Lombok Barat, sambil menepuk dadanya perlahan menenangkan diri.

Baca juga: Perjuangan TKW Rabitah Cari Keadilan Setelah Ginjalnya Dicuri di Qatar

Jilbab hitam yang dikenakan Sudikah beberapa kali dirapikan, keringatnya pun masih tampak di kening. Sambil terduduk, Sudikah kembali melanjutkan cerita bahwa dirinya ketakutan berada di penampungan.

“Saya sudah kapok, saya tidak mau percaya lagi. Saya tidak akan percaya janji siapa pun. Saya lebih baik bekerja di kampung, jualan dan dekat keluarga,” kata dia sambil menyeka keringat.

Adapun Nakiah, TKW asal Sekotong, Lombok Barat, justru diminta suaminya untuk mencoba peruntungan ke luar negeri karena banyak cerita keberhasilan rekan-rekannya yang pulang dari Arab Saudi.

Meskipun Nakiah tahu bahwa ke Arab Saudi sudah ditutup atau telah dimoratorium pemerintah, tetapi tekong yang memberangkatkannya justru menipunya dan mengatakan bahwa moratorium telah dicabut.

“Saya percaya karena katanya surat-surat diurus. Saya menjalani tes kesehatan juga di sebuah klinik di Lombok Tengah. Terus saya berangkat, tapi setiba di Jakarta justru ditempatkan di tempat penampungan selama dua bulan. Saya ndak tahu kalau ini penipuan,” ucap Nakiah dengan raut wajah sedih.

Dia juga menceritakan tes kesehatan yang dijalani, mulai dari pengambilan sampel darah, disuntik, dan dianggap sehat karena tak ada penyakit bawaan.

Begitu pula dengan Mariam, TKW asal Selebung Langko, Desa Janapria, Lombok Tengah. Dia menuturkan, proses pemeriksaan kesehatan di sebuah klinik di Lombok Tengah berjalan kancar.

“Hanya diperiksa darah dan saya dianggap sehat, tidak ada suntikan apa-apa,” tutur Marian.

Baca juga: Ditangkap dan Dipenjara, TKI Pulang Kampung Hanya Membawa Anaknya

Lari dari kemiskinan

Apa yang mereka ungkapkan adalah kekecewaan sekaligus harapan agar bisa lari dari kemiskinan yang panjang. Keinginan membahagiakan keluarga dan anak-anak adalah tujuan utama mereka, meskipun kadangkala sang suami meninggalkan mereka saat tengah mengadu nasib di negeri orang.

Salah satunya yaitu Zahrawati, TKW asal Tanak Awu. Ini bukan kali pertama dia menggantungkan nasib dan berjuang mengubah hidupnya di negeri orang. Lima tahun silam dia pernah ke Arab Saudi.

Bertahun-tahun mengadu nasib dan berhasil membuat rumah di kampung halaman membuatnya ingin mengulang keberhasilannya kembali. Meski dia tahu risikonya, selain jauh dari keluarga, Zahrawati harus kehilangan sang suami yang menikah lagi saat dia berjuang untuk mengubah nasib dan kehidupan keluarganya.

“Saya ndak peduli, yang penting saya berjuang untuk anak saya agar dia bisa sekolah tinggi. Anak saya sudah tinggal menunggu wisuda. Hanya saja, biaya kuliah makin mahal, jadi saya harus berjuang,” kata Zahrawati penuh semangat.

Penipuan dan menjadi korban perdagangan orang baginya adalah cobaan. Dia akan mencoba jalan lain agar bisa mengadu nasib di negeri orang dan bisa membiayai kuliah anaknya.

Baca juga: Sempat Koma dan Terkendala Biaya, Sarah TKI Asal Karawang Akhirnya Pulang

Terhadap kasus penipuan yang dialami ratusan TKW, termasuk asal NTB ini, Subdit Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri, Kemenaker RI, mengharapkan menjadi perhatian dan pelajaran, mengingat kasus ini terus terjadi.

Pentingnya sosialisasi terkait moratorium keberangkatan TKW dan TKI ke sejumlah negara Timur Tengah, di antaranya Arab Saudi dan Abu Dhabi, harus diperhatikan.

Mesti ada upaya kuat dari semua pihak agar cerita buram TKI dan TKW kita bisa benar benar sirna dari negeri ini.

Kompas TV Santunan tunai kecelakaan kerja sebesar Rp 85 juta diberikan dengan beasiswa untuk anak almarhumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com