Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Tumpukan Batu di Sukabumi, Warga Minta Pembuatnya Bertanggung Jawab

Kompas.com - 05/02/2018, 13:57 WIB
Budiyanto

Penulis

SUKABUMI, KOMPAS.com — Sejumlah warga berharap penemuan puluhan batu bertumpuk di aliran Sungai Cibojong, Kampung Cibojong, RT 001 RW 001, Desa Jayabakti, Kecamatan Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, cepat terungkap.

Penemuan puluhan batu bertumpuk yang menghebohkan itu berdampak pada kekesalan warga setempat, di antaranya kerusakan pada lahan persawahan milik warga di sekitar lokasi sungai.

"Saya dimarahi tiga pemilik sawah karena pematang sawahnya rusak terinjak-injak warga yang melihat ke lokasi tumpukan batu," ujar Ade Suhandi (53) kepada Kompas.com saat ditemui di kiosnya, Senin (5/2/2018).

Dia menuturkan, gang yang terletak tepat di pinggir kios bensinnya merupakan salah satu pintu masuk terdekat ke lokasi. Dari pintu gang ke lokasi hanya sekitar 200 meter melalui pinggiran sawah.

"Jangankan pematang sawah yang jadi rusak, halaman rumah saya juga jadi kotor terinjak-injak ratusan warga yang melintas. Belum lagi kios bensin saya enggak laku, di depannya penuh parkir motor," ujar Ade.

"Makanya, jika puluhan tumpukan batu itu dibuat manusia, pembuatnya harus bertanggung jawab," ujarnya.

Baca juga: Jogja Geowisata, Liburan Sambil Bedah Fenomena Alam di Yogyakarta

Ade menjelaskan, sejak Kamis (1/2/2018), lingkungan kampungnya jadi heboh karena penemuan puluhan tumpukan batu tersebar di aliran sungai di belakang rumahnya. Saat itu banyak warga berdatangan untuk menyaksikan langsung ke lokasi.

"Saya juga tidak tahu, awalnya mereka itu tahu dari mana sehingga berdatangan ke kampung kami ingin melihat tumpukan batu. Jalan di depan juga sampai macet," kata pengusaha air isi ulang dan kios bensin itu.

Seorang warga, Giran Tamara (17), mengatakan melihat puluhan batu bertumpuk berjajar di sepanjang aliran sungai pada Kamis (1/2/2018). Namun, dia tidak mengambil gambar karena saat itu tidak membawa ponsel.

"Waktu Kamis kemarin itu airnya tidak sederas sekarang. Puluhan batu bertumpuk itu adanya di sepanjang sungai ini sekitar 100 meter," ucap Giran sambil menunjuk ke beberapa lokasi bekas tumpukan batu.

Dia meyakini bahwa puluhan tumpukan batu itu dibuat manusia. Namun, dia tidak mengetahui pembuatnya. Hanya saja, menurut informasi yang didengar, ada beberapa orang pembuatnya. Sebab, di lokasi ini biasanya ada petani di sawah dan pemancing di sepanjang aliran sungai.

"Saya sih yakin ini buatan manusia. Saya berharap orang yang membuatnya bisa mengakui," harap Giran yang sedang memancing bersama tiga warga lainnya.

Baca juga: Air Laut Berwarna seperti Darah, Itu Fenomena Alam Biasa

Berdasarkan pantauan Kompas.com, lokasi penemuan puluhan batu bertumpuk itu hanya sekitar 200 hingga 400 meter dari ruas Jalan Raya Cicurug-Cidahu di Kampung Cibojong. Untuk mencapai lokasi itu harus melintasi gang permukiman dan pematang sawah yang berada di pinggiran Sungai Cibojong.

Banyak pematang sawah yang rusak dan tanah tergerus di sepanjang perjalanan yang dilintasi. Beberapa tanaman padi juga ada yang terinjak-injak oleh warga yang melintas untuk melihat puluhan batu bertumpuk tersebut.

Lokasi sungai dengan lebar 6 meter ini berhulu di kaki Gunung Salak yang mengalir melintasi banyak perkampungan dan desa. Anak sungai akhirnya bermuara ke Sungai Cicatih. Kondisi pada Senin siang ini, sungai sedang berarus deras sehingga batu-batuan besar tidak terlihat jelas.

Kompas TV Langit indonesia akan dihiasi penampakan yang belum pernah terjadi selama 150 tahun terakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com