Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Tanah Retak Resahkan Warga Lereng Pegunungan Menoreh

Kompas.com - 02/02/2018, 06:55 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Fenomena tanah retak di lereng Pegunungan Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, semakin meresahkan warga. Retakan yang dipicu pergerakan tanah itu sudah mengancam rumah, sekolah, jalan aspal, saluran irigasi, hingga fasilitas umum.

Tugiran, warga Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, menuturkan, retakan tanah terlihat jelas sejak sepekan terakhir. Dia menyebutkan, semula panjang retakan itu 1-2 sentimeter, kini mencapai 10 sentimeter dengan panjang bervariasi sekitar 100 meter.

Selain retak, tanah di sekitar rumahnya sudah ambles sedalam sekitar 15 sentimeter akibat fenomena ini.

"Tiang dapur selama sebulan terakhir sudah ambles sekitar tujuh kali. Saya angkat lagi dan saya ganjal tiangnya sampai tujuh kali. Terasa banget retakan tanahnya," ungkap Tugiran, Kamis (1/2/2018).

Tugiran terpaksa membongkar kandang kayu miliknya karena sudah miring akibat tanah di bawahnya ambles. Sejak dua hari ini, dirinya dibantu para tetangga juga berinisiatif membongkar sebagian rumahnya karena khawatir akan roboh jika terjadi pergerakan tanah.

Menurut dia, kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika hujan akan memicu bencana tanah longsor. Karena kondisi ini pula, dia mengungsikan istri dan dua anaknya ke rumah kerabat yang letaknya tidak rawan bencana.

"Selama ini kalau hujan, kami buka pintu lebar-lebar. Jadi kalau ada bahaya, kami bisa mudah melarikan diri," kisah Tugiran.

Baca juga: Sejumlah Rumah Warga di Trenggalek Hancur akibat Tanah Retak

Langkah mengantisipasi retakan

Fenomena tanah retak juga mengancam bangunan sekolah MA Al-Iman Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman. Beberapa dinding ruang kelas, ruang guru, teras, dan dinding pagar sekolah sudah terlihat retakan itu.

Kepala Tata Usaha Yayasan Perguruan Al Iman, Muttaqin, menyebutkan, panjang retakan mencapai 10 meter dengan lebar berkisar 1-5 cm. Bahkan, retakan sempat menyebabkan paralon air pecah.

Fenomena ini sudah terlihat sejak setahun belakangan. Semakin hari retakan itu semakin terlihat. Kondisi ini dinilai sangat mengkhawatirkan, apalagi bangunan sekolah sudah tergolong tua karena dibangun pada 1985 silam.

"Ada beberapa dampak yang muncul, seperti lantai mengalami retak dan sudut pagar pembatas mengalami lepas. Di salah satu sudut sekolah, lantai juga terlihat ambles. Sudah ditambal, tapi tanah terus retak," ungkap Muttaqin.

Bangunan MA Al-Iman terdiri dari 11 ruang kelas dengan total jumlah siswa mencapai 154 orang. Pihaknya memberi perhatian dari pemerintah agar kegiatan belajar mengajar para siswa dan guru tidak terganggu.

Kepala Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Samsudin, menjelaskan, pihaknya telah melaporkan peristiwa ini kepada Pemerintah Kabupaten Magelang. Dia berharap segera ada langkah antisipatif sebelum bencana terjadi.

Di wilayahnya, warga sudah berinisiatif memasang alat pendeteksi pergerakan tanah yang sederhana. Alat itu terbuat dari kayu yang dirangkai sedemikian rupa yang diletakkan di titik-titik rawan.

Baca juga: Tanah Retak di Perbukitan Badegan-Ponorogo, 80 Warga Mengungsi

Kompas TV Empat rumah di Desa Depok, Kabupaten Trenggalek rusak parah akibat tanah retak.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com