Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pemandu Goa Pindul Harus Bersertifikasi"

Kompas.com - 01/02/2018, 17:13 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan pemandu dan operator Gua Pindul, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta, mendatangi kantor Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Mereka menuntut kejelasan pemandu wisata susur gua tersebut, Kamis (1/2/2018).

Massa yang menamakan dirinya Kelompok Sadar wisata (Pokdarwis), berasal dari beberapa operator. Dalam aksinya, mereka menggelar teatrikal dengan mengarak pocong untuk menggambarkan lemahnya BUMDes dalam menegakkan aturan sertifikasi para pemandu.

Tak hanya itu, para pendemo menyebar bunga serta menyan di seputar kantor BUMDes. Aksi sempat memanas ketika sejumlah warga mencopot tulisan 'Pusat Informasi Wisata Goa Pindul' yang terpasang di kantor BUMDes.

Ketua Pokdarwis Dewabejo Bagyo mengatakan, pertemuan untuk membenahi sistem wisata Goa Pindul beberapa kali dilakukan dalam tujuh tahun terakhir, atau sejak wisata Goa Pindul berdiri.

 

(Baca juga : Pasca-tewasnya Seorang Pemandu, Goa Pindul Ditutup Dua Hari)

Dari pertemuan itu, akhir 2017 lalu dibentuklah BUMDes. Namun berdirinya BUMDes belum mampu mengakomodir dan menyelesaikan konflik.

"BUMDes sudah menerapkan peraturan yang kita siap menaati. Sekarang tiba waktunya bagi mereka menerapkan peraturan secara tegas," ujarnya di sela aksi. 

Kemunculkan BUMDes diikuti dengan bermunculannya operator baru yang bisa memasukkan wisatawan tapa menggunakan pemandu bersertifikat. Padahal, 180 pemandu yang ada, telah mengantongi sertifikat dari Kementrian Pariwisata sebagai pemandu obyek wisata.

Namun pemandu bersertifikat itu tidak digunakan operator yang baru berdiri. Padahal BUMDes sudah membuat aturan mengenai pemanduan gua harus bersertifikasi.

"Kami meminta BUMDes menaati peraturannya karena sudah ada SOP bahwa pemandu harus bersertifikasi, dan jangan membiarkan pemandu abal-abal bisa seenaknya memandu," tandasnya. 

(Baca juga : Libur Panjang, Pengunjung Berjubel di Goa Pindul)

Selain itu, para perintis obyek wisata Goa Pindul tak lagi dilibatkan dan disamakan dengan operator baru. Padahal di awal berdiri, para penggagas merogoh kocek pribadi untuk mempromosikan Goa Pindul hingga sampai sebesar sekarang.

"Sekarang perintis disamakan dengan operator baru. Padahal dulu saat merintis bagaimana sulitnya mencari wisatawan. Kami harus membuat website sendiri, sekarang tinggal enaknya saja. Kami minta dihargai," sesalnya.

Direktur BUMDes Maju Mandiri Saryanto mengaku siap mengakomodir tuntutan para demonstran, dalam satu minggu ke depan.

Pihaknya akan segera mengumpulkan, mendata, sekaligus mensosialisasikan peraturan mengenai kewajiban memiliki sertifikat bagi para pemandu di Goa Pindul. "Kami akan menindaklanjuti tuntutan mereka," tuturnya. 

Dia mengakui, dari sekitar 400 orang pemandu, 70 persen di antaranya belum bersertifikasi. Saat ini pihaknya membutuhkan waktu untuk mendataan. 

"Kita juga masih dalam tahap penyesuaian. Kita baru mengelola Goa Pindul pada Desember 2017, jadi ada beberapa hal yang mungkin belum bisa diakomodir," imbuhnya.

Ketua DPRD Gunungkidul, Suharno akan memanggil BUMDes dan Pokdarwis untuk menyelesaikan kasus tersebut. Ia mengaku konflik di Goa Pindul sudah beberapa kali terjadi. Untuk menyelesaikannya, dewan sudah bertemu dengan Pemda.  

"Jangan sampai konflik Goa Pindul berkepanjangan, nanti akan berpengaruh terhadap kenyamanan wisatawan. Nanti saya akan bertemu dengan mereka," ungkapnya.

"Sebenarnya dari tujuh tahun terakhir baru akhir tahun kemarin saya ikut menyelesaikan konflik, dan sudah berakhir bagus. Semoga setelah bertemu bisa selesai," pungkasnya. 

Kompas TV Goa Pindul, Destinasi Wisata Unik di Yogyakarta


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com