Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nenek Tukang Pijat Ini Tiba-tiba Dapat Uang Rp 15 Juta saat Gerhana Bulan

Kompas.com - 01/02/2018, 14:27 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.comEmak Encin (78), tukang pijat asal Purwakarta, tak menyangka mendapat uang Rp 15 juta saat gerhana bulan terjadi pada Rabu (31/1/2018) malam.

Ia mendapat bantuan itu setelah terpilih untuk berduet dengan pelawak Sunda Ohang dalam acara "nonton bersama" gerhana bulan total yang digelar Bupati Purwakarta sekaligus calon wakil gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Emak Encin menceritakan bahwa ia berprofesi sebagai tukang pijat tradisional. Ia sudah menjanda selama 20 tahun dan harus berusaha keras mencari biaya hidup untuk dia dan cucunya.

"Emak mah mun mijat tara matok harga, nu penting jadi jalan ibadah keur Emak. (Emak tidak pernah mematok harga untuk jasa pijat, yang penting menjadi jalan ibadah buat Emak)," katanya kepada Dedi Mulyadi.

Dalam sehari, Emak Encin biasa membawa pulang upah pijat paling besar Rp 50.000.

Berkah peristiwa gerhana bulan rupanya berpihak kepada Emak Encin. Kisah pilu hidupnya mengundang empati dari Dedi Mulyadi dan warga lain yang hadir.

Secara spontan, Dedi dan warga desa tersebut patungan untuk meringankan beban hidup perempuan dengan dua anak yang tidak bekerja itu.

"Tidak semua orang bisa seperti Emak Encin, beliau sosok luar biasa, ikhlas menjalani hidup," kata Dedi lirih.

Baca juga: Demi Lihat Gerhana Bulan, Warga di Pasuruan Antre Gunakan Teleskop

Dana sebesar Rp 15 Juta terkumpul. Jumlah tersebut akan digunakan untuk biaya perbaikan rumah Emak Encin.

Filosofi gerhana

Dedi menilai, fenomena gerhana bulan total pada Rabu malam merupakan tanda kekuasaan dan keajaiban Allah SWT sekaligus pengingat bagi umat manusia.

Menurut Dedi, gerhana dalam bahasa Sunda adalah samagaha. Istilah ini sebenarnya merujuk pada suasana hati yang tidak kunjung memiliki ketetapan. Samagaha bisa berarti perasaan galau dan gelisah.

"Bulan boleh mengalami gerhana, tetapi dalam hati seorang pemimpin tidak boleh terjadi gerhana. Samagaha itu perasaan galau dan sikap kegelisahan. Maka, pemimpin tidak boleh galau karena ingin mendapatkan kekuasaan. Gerhana bagi pemimpin bisa menyakiti rakyatnya," ujar Dedi di Purwakarta, Kamis (1/2/2018).

Seperti Rabu (31/1/2018) malam tadi, Dedi bersama koleganya menyaksikan langsung fenomena alam tersebut bersama warga di sebuah lapangan luas di Desa Cengkong, Kecamatan Purwakasari, Kabupaten Karawang.

Baca juga: Saat Gerhana Bulan, Kesenian Tradisional Ini Pun Tarik Perhatian Warga Makassar

Seusai shalat gerhana, Dedi pun meminta krunya untuk mematikan semua cahaya listrik di panggung yang sengaja disediakan di lokasi. Ribuan warga yang hadir pun serentak menatap ke bulan meski sebelumnya sempat turun hujan dan tertutup awan mendung.

"Karena gerhana itu menghalangi datangnya cahaya, tirai penghalang itu harus disibakan. Dia (gerhana) tidak boleh menghalangi mata dari penglihatannya, telinga dari pendengarannya. Gerhana juga tidak boleh menghalangi hidung dari penciumannya, mulut dari ucapannya, dan hati dari keikhlasannya," katanya.

Kompas TV Fenomena gerhana bulan total juga dapat disaksikan dengan jelas di sejumlah kota di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com