Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Lihat Gerhana Bulan, Warga di Pasuruan Antre Gunakan Teleskop

Kompas.com - 01/02/2018, 09:58 WIB
Kontributor Pasuruan, Moh. Anas

Penulis

PASURUAN, KOMPAS.com — Ratusan warga di Pasuruan rela antre untuk menyaksikan gerhana bulan pernama dalam konfigurasi super moon dan blue moon di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) Watukosek, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (31/1/2018).

Mereka dapat melihat secara langsung melalui dua teleskop secara bergantian. Guna memudahkan pengamatan bagi pengunjung, BPAA juga menyediakan layar kaca yang menampilkan hasil bidikan teleskop.

Diana Rahmawati, salah satu pengunjung, mengaku datang bersama keluarga di BPAA untuk pertama kalinya. Sebab, mereka penasaran dengan gerhana bulan yang diklaim sebagai fenomena luar biasa.

"Apalagi, dari berita di medsos, gerhana bulan kali ini terakhir terjadi sudah ratusan tahun lalu," kata Diana.

Dari pantauan Kompas.com, pengunjung yang datang tidak hanya dari Pasuruan. Ada pula sejumlah warga yang berasal dari Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto. Sebab, beberapa hari sebelumnya, pihak BPAA sudah menyebarkan poster melalui medsos mengenai nonton bersama secara gratis.

"Ya, sekalian saja kita ramai-ramai dengan anak melihat super moon. Kan, gratis, apalagi ini di tempat penelitian benda antariksa," ujar Hartika, warga asal Sidoarjo.

Baca juga: Teleskop Canggih Bekas GMT Digunakan untuk Melihat Gerhana Bulan di Bangka

Petugas BPAA Watukosek menjelaskan, kedatangan warga di kantornya sudah diprediksi sebelumnya walaupun gerhana bulan tidak dapat dilihat secara maksimal. Karena cuaca mendung, gerhana bulan total tidak dapat dilihat secara jelas.

"Untuk memudahkan pengunjung, dua teleskop portabel disiapkan. Sementara untuk melihat hasil bidikan teleskop, pengunjung dapat melihat di layar kaca," kata Dian Yudha, Kepala BPAA Watukosek.

Di lokasi BPAA, petugas juga memberikan penjelasan kepada pengunjung terkait istilah super moon dan blue moon. Peristiwa ini cukup langka karena gerhana ini terjadi saat bulan berada dalam konfigurasi super moon dan blue moon.

Fenomena super moon terjadi ketika bulan berada dalam jarak terdekatnya dengan bumi sehingga ukurannya menjadi 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang daripada biasanya. Blue moon adalah bulan purnama yang terjadi dua kali dalam satu bulan kalender. 

Ketiga fenomena yang terjadi pada saat bersamaan, yaitu blue moon, super moon, dan gerhana bulan, adalah peristiwa yang cukup langka. Dari data yang ada, peristiwa ini terakhir diamati pada 31 Maret 1866 atau 152 tahun lalu.

"Sementara awal gerhana pada malam ini diawali gerhana parsial pada pukul 18.48 dan puncaknya terjadi pada 20.30," kata Dian.

Selama proses gerhana bulan, langit di atas BPAA tidak dalam kondisi yang menguntungkan. Meski tidak hujan, awan mendung terus bergerak sehingga pengunjung bisa melihat gerhana bulan melalui teleskop atau bidikan teleskop di layar kaca yang sudah disediakan BPAA.

Kompas TV Presiden Joko Widodo berencana menyaksikan fenomena gerhana bulan total, super blue blood moon.  

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com