Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantauan "Super Blue Blood Moon" di Bosscha Tertutup Untuk Umum

Kompas.com - 31/01/2018, 20:21 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Pihak observatorium Bosscha turut memantau fenomena gerhana bulan total. Namun, pengamatan gerhana kali ini dilakukan tertutup atau tak dibuka untuk umum.

Agus Triono Puri Jatmiko, peneliti astronomi Bosscha menuturkan, pengamatan dilakukan secara tertutup lantaran fenomena gerhana bulan saat ini lebih difokuskan untuk riset.

Pihak Bosscha, lanjut Agus, telah menyiapkan enam teropong untuk mengamati fenomena langka tersebut.

"Maka dari itu gak ada slot untuk publik hanya kami siapkan untuk penelitian dan media saja," kata Agus di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (31/1/2018).

(Baca juga : Pentingnya Super Blue Blood Moon bagi Dunia Astronomi )

Puncak gerhana bulan total terjadi saat bulan tidak terkena cahaya matahari karena terhalang oleh bumi. Puncak gerhana sendiri akan berlangsung pada pukul 20.29 WIB sampai 21.07.

Astronom Bosscha, Muhamad Irfan menjelaskan, pada umumnya dalam setahun terjadi dua hingga tiga kali gerhana bulan. Untuk di 2018, gerhana bulan terjadi pada 31 Januari dan 28 Juli.

"Dari kedua gerhana itu, hanya gerhana bulan di tanggal 31 Januari 2018 saja yang dapat teramati dari Indonesia," ujarnya.

Sementara untuk gerhana saat ini, bulan akan berwarna merah. Warna merah ini, sambung Irfan, muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi.

"Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan. Bulan pun tampak berwarna kemerahan. Sebagian orang zaman dahulu kemudian menyebut gerhana bulan total sebagai blood moon atau bulan merah darah," jelasnya.

(Baca juga : Simak Live Streaming Gerhana Super Blue Blood Moon )

Irfan menambahkan, warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bisa saja berwarna merah-orange, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap.

Perbedaan warna ini bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran, asap pabrik, atau kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi.

"Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan makin banyaknya kandungan material tersebut," pungkasnya.

Kompas TV Fenomena alam gerhana bulan total "super blue blood moon" yang akan terjadi pada Rabu (31/1) malam ini tak hanya bisa diamati di Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com