Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahagianya Siswa Tunanetra Belajar Selamatkan Diri Ketika Gempa Datang

Kompas.com - 26/01/2018, 14:17 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Bunyi sirine meraung mengundang kepanikan siswa di Panti sosial Bina Netra Wyataguna, Jumat (26/1/2018) pagi. Semua siswa berhamburan ke luar asrama.

Sirine kembali menyalak dari mobil ambulans berwarna biru yang berkeliling di area asrama. Asep, salah seorang staf PSBN Wyataguna, berteriak lantang.

"Keluar, semua keluar ada gempa, ada gempa," ucap Asep berteriak sambil berlari.

Pekikan Asep membuat seratusan siswa tunanetra berlari sambil berpegangan tangan menuju lapangan. Kepanikan harus mereka redam sembari meningkatkan sensitivitas meraba langkah.

Setelah berada di lapangan, para siswa bernafas lega. Tawa pun pecah seiring meredanya bunyi sirine.

Begitulah skenario pengenalan bencana yang diajarkan para guru PSBN Wyataguna kepada siswanya.

"Tarik nafas dulu, ini gempanya sudah mulai mereda. Suasana kalau terjadi bencana seperti itu, bahkan bisa lebih dahsyat, lebih panik daripada itu. Namun kalau sudah diberi pelajaran bagaimana menangani bencana nanti kalian terbiasa tenang, sekarang jangan merasa dikerjain karena ini pelajaran," ujar Wagiem, Koordinator Pekerja Sosial Wyataguna, saat memberi arahan kepada siswa.

(Baca juga: Tangis Haru Mak Iting yang Rumahnya Rusak akibat Gempa Banten)

Para siswa tunanetra PSBN Wyataguna saat diajarkan cara menghadapi bencana gempa di PSBN Wyataguna, Jalan Padjadjaran, Jumat (26/1/2018).KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Para siswa tunanetra PSBN Wyataguna saat diajarkan cara menghadapi bencana gempa di PSBN Wyataguna, Jalan Padjadjaran, Jumat (26/1/2018).
Asep, salah seorang petugas evakuasi, mengingatkan, bahaya bencana bisa datang kapan saja. Siswa pun diminta lebih waspada dalam menghadapi gempa.

"Seperti itulah situasi ketika menghadapi bencana. Kita tidak tahu persis kapan bencana terjadi. Kunci utama jangan panik karena di situ ada beberapa orang yang akan membantu Anda. Kalau berjalan, hati-hati. Waspada jika ada benda jatuh. Itulah harus diasah kepekaan kita," tuturnya.

Widi (23), salah seorang siswa, mengaku, materi pengenalan bencana sangat penting bagi dirinya sebagai penyandang disabilitas.

"Komentarnya mengesankan, seperti ada musibah beneran. Tadi di asrama putri ada yang tak sempat pakai kerudung, ada yang hampir jatuh dari mobil," ungkapnya.

Jay (25), siswa lainnya, berpendapat, materi pengenalan bencana gempa sangat penting diketahui oleh para siswa tunanetra.

"Menurut saya acara ini sangat penting dan sering dilakukan karena negara kita berada di ring of fire. Karena itu simulasi ini harus sering dilakukan," tambah Jay.

Pengenalan Bencana Bukan Untuk Orang Awas

Kepala PSBN Wyataguna Cecep Sutriaman mengatakan, pengenalan bencana gempa merupakan bagian dari masa orientasi siswa baru di PSBN Wyataguna.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com