Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lamongan dan Gresik Tolak Beras Impor

Kompas.com - 23/01/2018, 18:22 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

LAMONGAN, KOMPAS.com – Naiknya harga beras di Indonesia, dianggap sebagian orang tidak akan berlangsung lama. Termasuk, mereka yang tinggal di Kabupaten Lamongan dan Gresik, Jawa Timur.

Hal itu dikarenakan, dalam waktu dekat, beberapa daerah bakal panen raya padi seperti halnya di Lamongan dan Gresik. Karenanya, Bupati Lamongan Fadeli meminta kepada pemerintah pusat untuk tidak mengimpor beras.

“Biarkanlah petani kita menikmati kemakmuran. Toh kenaikan harga (beras) ini tidak akan berlangsung lama, karena nanti juga akan turun dengan sendirinya (ketika panen raya),” kata Fadeli, Selasa (23/1/2018).

Ia dengan tegas menolak beras impor di pasaran Lamongan. Lantaran daerah yang dipimpinnya dianggap surplus beras. Itu terlihat dari panen padi 2017 di Lamongan yang mencapai hampir 1,1 juta ton gabah kering giling (GKG).

(Baca juga : Pesan Menteri Eko Saat Beri Bantuan Penggilingan Padi Digital)

Dengan memperhitungkan gabah untuk kebutuhan bibit dan konsumsi, Lamongan surplus 700.000 ton gabah, atau setara dengan surplus 460.000 ton beras.

“Sementara di tahun 2018, sampai dengan April saja, diperkirakan akan ada 58.455 hektar padi yang dipanen,” jelasnya.

Berkaca pada 2017 yang mencapai 6,9 kuintal per hektare, April 2018 ini Lamongan akan memproduksi 403.399 ton GKG.

Sementara data Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Lamongan, harga gabah kering giling saat ini berkisar antara Rp 6.200 hingga Rp 6.400 per kilogram.

Sedangkan untuk beras kualitas medium, harga bertahan dalam sepekan terakhir. Seperti di Pasar Sidoharjo dan Mantup, harga beras terpantau Rp 10.000 per kilogram.

Adapun di Pasar Babat, harga beras Rp 9.500 per kilogram, dan di Pasar Blimbing dijual dengan harga tak lebih dari Rp 11.000 per kilogram.

(Baca juga : Stok Aman, NTB Tidak Membutuhkan Beras Impor )

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gresik Agus Djoko Walujo mengatakan, stok beras di Gresik saat ini mencukupi. Karenanya Gresik tidak membutuhkan suplai beras impor.

“Kita surplus 110.000 ton beras. Itu kalau dimakan oleh 1,3 juta penduduk Gresik, untuk sepuluh bulan ke depan itu masih sangat mencukupi,” ungkap Agus.

Agus memperkirakan, puncak panen padi baru akan terjadi pada Februari 2018. Dengan estimasi ini, Gresik dan seluruh Jawa Timur tidak akan membutuhkan beras impor.

“Ini masih awal musim panen. Jadi, kalau menurut saya Gresik surplus, Jawa Timur juga surplus maka tidak butuh beras impor,” ucapnya.

Kompas TV Menurut rencana, impor beras akan dilakukan mulai pertengahan Januari hingga akhir Februari nanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com