"Mereka yang awalnya tidak mengetahui menjadi paham mengenai masing-masing agama," kata Niluh.
Fasilitator lainnya, FX Endro Tri Guntoro menambahkan, pembentukan sekolah kebinekaan ini untuk memberikan informasi tentang agama kepada generasi muda secara langsung dari sumbernya.
"Informasi yang didapatkan langsung dari sumbernya, misalnya ada pertanyaan mengapa pastur tidak menikah begitu juga dengan bante. Pertanyaan yang timbul langsung dijawab sumbernya, jadi bukan dari katanya-katanya. Harapannya generasi muda bisa mengetahui dan menghargai satu sama lainnya," ucapnya.
Sementara itu, untuk penutupan sekolah kebinekaan, dilakukan aksi jalan kaki dari balai desa Kepek ke Bangsal Sewoko Projo, Wonosari, dengan membawa bendera merah putih dan juga poster-poster perdamaian dan menyerukan arti penting merawat kebinekaan.
Pada malam harinya, Bupati Gunungkidul Badingah menutup sekolah kebinekaan tahap pertama dengan melepas tanda pengenal dan memberikan sertifikat.
"Kami berharap sekolah kebinekaan membawa kebaikan dan persaudaraan antar-anak bangsa," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.