Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbiasa Simpan Hasil Panen, Warga Gunung Kidul Tak Tahu Harga Beras Naik

Kompas.com - 17/01/2018, 16:48 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Kenaikan harga beras nasional tidak berpengaruh terhadap sebagian besar masyarakat di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Sebab, masyarakat terbiasa menggunakan hasil panen yang disimpan.

Seorang warga di Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Ny Wiyono (70), mengatakan, dirinya tidak mengetahui harga beras naik di pasaran. Sebab, selama ini ia menggunakan cadangan hasil panen beberapa bulan lalu.

"Masih saya simpan gabah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika memerlukan, tinggal membawa ke tempat penggilingan sesuai dengan kebutuhan," kata Ny Wiyono saat ditemui di rumahnya, Rabu (17/1/2018).

Hasil panen ladang tadah hujan miliknya cukup untuk memenuhi kebutuhan bersama lima anggota keluarga yang tinggal di rumahnya. Para petani membiasakan menyimpan di atas dapur atau di dalam kotak besar yang ada di sekitar dapur. Hal ini untuk mengantisipasi dimakan tikus.

"Hasil panen padi cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai panen musim hujan ini. Sebagian lainnya untuk benih," ucapnya.

Petani di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Ranto Wiyatno (71), mengatakan hal yang sama. Selama ini, sawahnya bisa panen tiga kali setahun. Ia menyimpan beras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama enam orang keluarga lainnya. Puluhan karung bisa dia dapatkan setiap panen.

"Saya jarang atau bahkan belum pernah menjual hasil panen. Paling untuk menyumbang saudara atau tetangga yang sedang ada hajatan," tuturnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Heran Petani Sulit Mendapat Beras di Daerah Lumbung Padi

Harga beras saat ini yang mencapai Rp 11.000 hingga Rp 14.000 per kilogram tidak memengaruhi perekonomian keluarga. Selain bertani, sang istri dan anaknya juga bekerja di sektor lain.

"Harga beras mahal, kami tidak terpengaruh," ucapnya.

Fenomena masyarakat menyimpan hasil panen ini diakui oleh Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi. Pola kultural di masyarakat yang sering menyimpan panen sebagai cadangan makanan sering disalahasumsikan dalam penghitungan angka kemiskinan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Hal ini lantaran penghitungan kemiskinan salah satu indikatornya daya beli masyarakat, dan sebagian besar masyarakat merupakan petani tadah hujan.

"Di wilayah lain, orang membeli beras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Nah, inilah mengapa di Gunung Kidul angka kemiskinannya tergolong tinggi meski terus menurun jumlahnya," kata Immawan.

Dia menjelaskan, hasil penghitungan dari BPS, angka kemiskinan di Gunung Kidul pada 2017 lalu sebesar 18,65 persen. Angka ini turun sekitar 0,69 persen dibandingkan dengan capaian pada 2016 yang sebesar 19,34 persen.

"Memang tidak besar karena target 1 persen per tahun belum terpenuhi karena besaran penurunan pada 2017 hanya sebesar 0,69 persen. Penurunan angka kemiskinan tergolong baik dibanding daerah lain karena tidak ada yang mampu mencapai besaran itu," ucapnya.

Pihaknya terus berupaya menurunkan angka kemiskinan dengan mengoptimalkan program melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD), khususnya pariwisata dan pertanian.

"Target kami tahun 2021 mendatang, tingkat kemiskinan yang ada sebesar 15 persen," pungkasnya.

Kompas TV Berdasarkan data Kemendag, stok Bulog saat ini 900.000 ton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com