Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oesman Sapta Dipecat, Sekretaris DPD Hanura Kalimantan Barat Marah

Kompas.com - 15/01/2018, 21:58 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

PONTIANAK, KOMPAS.com - Dewan Perwakilan Daerah Partai Hanura Kalimantan Barat menyatakan sikapnya tetap mengakui dan mendukung Oesman Sapta Odang (OSO) sebagai ketua umum Hanura.

Sikap ini disampaikan Sekretaris DPD Partai Hanura Kalbar, Harry Adryanto saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/1/2018) malam.

"Kami tidak menerima itu (pemecatan), itu tidak sah. Kami DPD Hanura Kalbar tidak mengakui dan mengecam kelompoknya Sunding," ujar Harry.

Polemik yang terjadi di tubuh DPP Hanura, sebut Harry, berawal dari tuduhan mahar politik dan selalu berubah terkait pilkada yang ditujukan kepada OSO.

Saat mendampingi OSO di Jakarta beberapa waktu lalu, sebut Harry, dirinya menyaksikan ketua umum Hanura ini sempat marah karena ada pengurus yang menjebak tanda tangan saat di pesawat.

Waktu itu, kata Harry, saat hendak naik pesawat, ada beberapa tanda tangan yang disuguhkan seorang pengurus kepada OSO. Rupanya di dalamnya ada diselipkan dukungan rekomendasi untuk pilkada.

"Ketika itu saya ada di samping OSO dan melihat semuanya," ungkap Harry.

Baca juga : Hanura NTT: Saat Dipimpin Oesman Sapta, Pengurus Hanura Tertekan

Harry tak menyebut secara detail pilkada di daerah mana yang diajukan oknum kader tersebut. Kemudian, sambung Harry, ketika OSO memeriksa berkas rekomendasi yang sudah ditandatangani, dia pun marah dan memanggil semuanya.

"Waktu diperiksa, dipanggil semuanya. OSO marah ketika melihat ada tanda tangannya dalam berkas rekomendasi," papar Harry.

"Ini siapa yang bikin tanda tangan ini, kok bisa saya tandatangani ini. Kita kan sudah sepakat mendukung si A, bukan si B. Sekali dicek, rupanya tanda tangan waktu mau naik pesawat. Ini gak benar ni, jangan karena duit partai dibuat kayak gini," ujar Harry menirukan kemarahan OSO.

Harry menilai, kemarahan OSO tersebut lantaran kemungkinan adanya permainan mahar politik yang dilakukan Suding bersama kelompoknya untuk kepentingan pribadi.

Harry menambahkan, dalam berbagai kesempatan rapat besar bersama Hanura, OSO selalu menegakkan untuk tidak melakukan praktik korupsi dan memiliki jiwa moral yang baik di dalam tubuh Partai Hanura.

"Karena saya mendapat informasi, ada beberapa oknum yang menggunakan partai ini untuk kepentingan pribadi dia, menindas DPD, uang setor dan sebagainya. Nah, ini yang mau dibereskan sama OSO, bagaimana partai yang berlambang hati nurani tapi isinya tidak seperti itu," paparnya.

Selanjutnya, ungkap Harry, OSO selalu mewanti-wanti para kadernya untuk tidak terlibat korupsi seperti yang terjadi pada salah satu oknum yang ditangkap KPK beberapa waktu lalu, yang memanfaatkan partai untuk mendapatkan proyek.

"Nah, itu yang bikin kelompok mereka ini gerah. Gara-gara OSO yang memimpin, ada beberapa oknum ini yang tidak bisa menikmati lagi," jelasnya.

Baca juga : Oesman Sapta Bantah Kabar Ada Mahar Politik untuk Jadi Caleg Hanura

Terkait dengan adanya pernyataan yang disampaikan Suding bahwa keputusan pemecatan OSO didukung oleh DPD, hal itu bantah oleh Harry. Hal tersebut menurutnya tidak benar, karena saat ini sebanyak 24 DPD dipastikan bergabung mendukung OSO sebagai ketua umum Hanura.

"Saya telpon kawan-kawan di berbagai daerah, pada kaget semua. Artinya mengatasnamakan dan kapan kita pernah diajak bicara," ucapnya.

Kelompok Suding ini pun, menurut Harry, sudah lama akan diganti karena ulah yang mereka buat sendiri, sehingga bermanuver untuk menjatuhkan OSO.

"Tidak ada sejarahnya seorang Sekjen memberhentikan ketua umum, tidak ada itu," tutup Harry.

Kompas TV Oesman Sapta Oddang dinilai telah melanggar aturan partai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com