Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis Lingkungan Sesalkan Temuan Bangkai Orangutan Tak Diotopsi

Kompas.com - 15/01/2018, 19:42 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Sejumlah aktivis lingkungan menyayangkan bangkai orangutan yang ditemukan mengapung di sungai Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, Senin (15/1/2018) pagi, langsung dikubur begitu saja tanpa melalui proses otopsi terlebih dahulu.

"Kami menyayangkan sebetulnya, BKSDA Kalimantan Tengah langsung mengubur. Kami belum tahu langkah BKSDA Kalteng, apakah akan melakukan otopsi. Tuntutan kami mayat (orangutan) tersebut dilakukan otopsi. Karena akan ketahuan penyebab kematian, walaupun tidak 100 persen," ungkap Ramadhani, aktvis Center for Orangutan Protection, kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (15/1/2018) petang.

"Dari otopsi akan ketahuan apakah orangutan liar atau orangutan yang sudah lama dipelihara," tambah pria yang banyak menangani kasus konflik orangutan dan manusia di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur ini.

Menurut Ramadhani, di Kalimantan Tengah ada beberapa lembaga rehabilitasi orangutan yang memiliki tim medis yang bisa diajak kerja sama untuk meneliti penyebab kematian orangutan itu.

"Di situ ada OFI (Orangutan Foundations International), ada BOSF (Borneo Orangutan Survival Foundation) Nyaru Menteng. Tapi kenapa BKSDA Kalimantan Tengah tidak berkoordinasi dengan teman-teman organisasi orangutan," kata Ramadhani.

Fajar Dewanto, aktivis OFI, juga menyesalkan langkah BKSDA Kalimantan Tengah yang langsung mengubur bangkai orangutan di Kalahien yang diduga dibunuh itu.

"Kalau diberita yang kubaca, bangkainya juga langsung dikubur. Tanpa ada lagi uji forensik atau otopsi. Paling nanti alasan pembiayaan dan sumber daya," ucap Fajar, Senin (15/1/2018).

Baca juga: Dikira Manusia, Bangkai Orangutan Tanpa Kepala Ditemukan di Sungai

Ia mengatakan, kasus pembunuhan orangutan di Kalimantan tengah bukan baru pertama kali terjadi. Ia menyayangkan penegakan hukum dan efek jera belum terlihat dari kasus ini.

"Kasus temuan kerangka orangutan di Seruyan tahun 2015 saja belum jelas penyelesaiannya. Temuan kerangka pembantaian orangutan di sekitar Sekonyer juga enggak jelas kasusnya," ujar Fajar.

Hal senada disampaikan Monterado Fridman dari BOSF Palangka Raya. "BOSF siap bantu kok. Alat dan dokter hewan oke. Setidaknya kita tahu sedikit penyebab kematian dan atau jika mau diproses hukum," kata Monterado.

Sebelumnya, Adib Gunawan, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, memastikan tetap akan menyelidiki penyebab kematian primata langka yang oleh warga sempat diduga mayat manusia itu.

"Antara lain, kami berkoordinasi dengan kepolisian dan mencari info dari masyarakat," ujar Adib.

Kompas TV Satu jenis spesies baru orang utan ditemukan di Indonesia, kera besar asal Tapanuli ini berbeda dengan dua spesies orang utan asal Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com