Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Burung Jenis Baru Asal NTT Diberi Nama "Iriana Widodo"?

Kompas.com - 11/01/2018, 15:49 WIB

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Tim peneliti Pusat Penelitian Biologi - LIPI yang dipimpin Dewi M Prawiradilaga mengadopsi nama Ibu Negara Iriana Widodo untuk menamakan spesies baru burung asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Presiden Joko Widodo telah mengizinkan penggunaan nama Ibu Negara pada jenis burung yang ditemukan di pulau Rote ini," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado, Kamis (11/1/2018).

Burung madu itu bernama Myzomela irianawidodoae sp.nov. Menurut Siti Nurbaya, ini merupakan pertama kalinya di Indonesia, nama burung menggunakan nama Ibu Negara.

"Ini adalah ungkapan atau bentuk penghargaan kepada Ibu Negara yang sangat memperhatikan kehidupan burung, dedikasinya dapat dijadikan teladan dan menjadi contoh dalam menyelamatkan lingkungan di Indonesia," kata Siti Nurbaya.

(Baca juga : Iriana Widodo Dipakai Jadi Nama Burung, Seperti Apa Rupanya?)

Tim yang bekerjasama dengan tim peneliti dari Nasional University of Singapore yakin bahwa burung endemik dari jenis Myzomela spp itu adalah jenis baru.

Burung Myzomela irianawidodoae berukuran kecil dengan panjang tubuh 11,8 cm, dan bobotnya 32,23 gram dan panjang paruh 1,79 cm, bentangan sayap 17,2 cm dan panjang sayap 5,8 cm, panjang ekor 3,7 cm dan tinggi kaki 1,67 cm.

Cirinya adalah memiliki paruh berwarna hitam, mata berwarna cokelat gelap, kaki dan jari berwarna hitam dengan bantalan kuku warna kuning.

Bulu-bulu di bagian kepala hingga dada atas dan tengkuk berwarna merah darah, warna kekang hitam dan garis hitam tipis di sekeliling mata, pita hitam pada pertengahan dada dan secara bertahapmenjadi warna abu-abu dengan sapuan warna zaitun pada dada bawah, perut, paha dan sekitar tungging.

Punggung dan ekor burung berwarna hitam, serta pertengahan punggung sampai tunggir berwarna merah dan sayap berwarna hitam bercampur abu-abu gelap.

Burung ini merupakan pemakan nektar, yaitu cairan manis yang terdapat pada bunga. Mereka juga menyukai beberapa jenis serangga kecil, termasuk laba-laba.

"Burung ini menghuni habitat di hutan, semak-semak, kebun dan pohon yang berbunga, terkadang bisa dijumpai memakan nektar pada bunga pohon jati di sekitar perkampungan. Suara kicauannya merdu saat sedang terbang," ujar Dewi.

Sebagai pemakan nektar, burung M. irianawidodoae berpotensi menjadi penyerbuk. Namun peran ini perlu dibuktikan dengan penelitian dan pengamatan yang mendalam.

Rote adalah pulau terbesar di Kepulauan Rote yang ada di Provinsi NTT. Kepulauan tersebut berada di wilayah paling selatan Indonesia.

Burung ini termasuk di dalam famili Meliphagidae sebagai burung yang dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP Nomor 7 Tahun 1999.

Penemuan jenis baru ini memerlukan proses yang sangat lama, dimulai dari pernyataan Forbes pada tahun 1879 bahwa masih banyak jenis Myzomela spp. di wilayah Wallacea yang belum ditemukan.

Pada tahun 1996, Johnstone dan Jepson melaporkan dugaan jenis baru Myzomela dari Pulau Rote pada daftar jenis burung berdasarkan hasil pengamatan mereka tahun 1990 dan 1993.

Kemudian pada tahun 2009, seorang aktivis lingkungan Philip Verbelen melaporkan pengamatannya di pulau Rote pada jenis burung yang sama, serta berhasil mengambil foto dan rekaman suaranya.

Akhirnya, pada tahun 2017, tim peneliti Pusat Penelitian Biologi–LIPI dan tim peneliti Nasional University of Singapore mempublikasikan jenis baru ini dalam jurnal ilmiah Treubia Volume 44, edisi Desember 2017, halaman 77–100.

 

Kompas TV Dengan kondisi alam yang masih terjaga, tak heran Rawa Bento menjadi destinasi pilihan para wisatawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com