Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Garut Diramaikan Petahana, Dua Mantan Bupati dan Satu Sekda

Kompas.com - 11/01/2018, 15:15 WIB
Ari Maulana Karang

Penulis

GARUT, KOMPAS.com - Persaingan antarcalon bupati dan wakil bupati di Pilkada Garut dipastikan akan lebih ketat.

Sebab, dari enam pasangan calon yang telah mendaftar, di luar dua calon perseorangan, empat pasangan calon lainnya adalah pasangan petahana Rudy Gunawan-Helmi Budiman, mantan bupati Agus Hamdani berpasangan dengan Aditya Pradana Wicaksana, mantan Bupati Agus Supriadi berpasangan dengan Imas Aan Ubudiyah dan pasangan Sekretaris Daerah (Sekda) Iman Alirahman berpasangan dengan Dedi Hasan Bachtiar.

Bupati Garut Rudy Gunawan mengaku, terhitung mulai tanggal 15 Januari, ia dan wakilnya akan mulai nonaktif. Roda pemerintahan akan diambil alih oleh Pelaksana Tugas (Plt) bupati yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Demikian pula halnya dengan posisi Sekretaris Daerah Iman Alirahman yang langsung mengajukan pensiun dini sejak tanggal 5 Januari lalu. Menurut Rudy, ia telah menyiapkan Plt Sekda untuk menggantikan Iman.

"Roda pemerintahan masih tetap akan berjalan, saya sudah siapkan Plt Sekda," jelas Rudy saat mendaftarkan diri ke KPU Garut, Senin (8/1/2018).

Meski akan menjadi bupati nonaktif, menurut Rudy, usai pelaksanaan pemungutan suara, dirinya akan kembali menjadi bupati. Soal adanya tarik kepentingan di kalangan PNS antara dirinya dan sekda, menurut Rudy, PNS telah diikat oleh aturan untuk netral dalam pelaksanaan pilkada. Jika ada PNS yang tidak netral, ia pun mempersilakan untuk dilaporkan.

Baca juga : Pilkada Garut, Dua Paslon Perseorangan Ikut Mendaftar ke KPU

Sementara, Iman Alirahman menegaskan bahwa ia tidak akan membawa PNS ke ranah politik praktis. Apalagi, mereka telah diikat oleh Undang-undang Aparat Sipil Negara (ASN) yang mengharuskan mereka netral.

Iman mempersilakan ASN di Pemkab Garut menentukan pilihannya sendiri sesuai dengan penilaian masing-masing.

Iman Alirahman sendiri selama ini dikenal sebagai birokrat tangguh di Garut. Karirnya terbilang cemerlang. Jabatan sekda didudukinya selama kurang lebih 11 tahun mendampingi tiga bupati. Tokoh birokrat ini mengenal betul dinamika politik dan pemerintahan di Garut.

Selain sekda, Pilkada Garut juga diramaikan oleh dua orang mantan bupati Garut, yaitu Agus Supriadi dan Agus Hamdani. Agus Supriadi tidak dapat menyelesaikan masa jabatannya karena tersandung kasus hukum hingga harus berurusan dengan KPK. Usai menjalani masa hukuman, Agus pun maju dalam Pilkada Garut.

Selama menjadi bupati, Agus yang juga adalah mantan anggota TNI berpangkat terakhir letnan kolonel ini, dikenal rajin turun ke daerah hingga sering disebut raja desa. Sebanyak 400 lebih desa yang ada di Garut pernah didatanginya sejak mulai menjabat bupati tahun 2004. Namun, pada 2007, KPK menghentikan langkah Agus sebagai bupati Garut yang seharusnya tuntas hingga tahun 2009.

Sementara, Agus Hamdani adalah mantan bupati Garut yang menggantikan Aceng Fikri yang juga tidak bisa menyelesaikan masa jabatannya karena kasus asusila. Sebelum menggantikan Aceng, Agus adalah anggota DPRD Kabupaten Garut.

Karir politik Agus Hamdani terbilang cemerlang karena hanya dalam kurun waktu kurang dari lima tahun, ia menjadi anggota DPRD Garut melalui Pemilu 2014. Setelah itu, ia menggantikan wakil bupati Diky Chandra yang mengundurkan diri, dan tidak lama kemudian naik menjadi bupati setelah Aceng dilengserkan dari jabatannya.

Baca juga : Bermasalah, Berkas Pencalonan Agus-Adit di Pilkada Garut Dikembalikan

Sementara, dari pasangan calon perseorangan, satu kandidat yaitu Suryana-Wiwin menjadi bakal calon yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, Suryana adalah ketua Tim pemenangan Aceng Fikri-Diky Chandra dalam Pilkada Garut yang digelar tahun 2008 lalu.

Meski belum bisa dipastikan lolos, Suryana mengklaim akan mampu memenuhi kekurangan dukungan yang diminta KPU.

"Berkas dukungan yang harus ditambah jumlahnya kurang dari 50.000, kita sudah ada 120.000 dukungan yang sudah dientri. Masyarakat makin mengerti calon independen, jadi dukungan terus mengalir," katanya saat ditemui usai mendaftarkan diri ke kantor KPU, Rabu (10/1/2018).

Kompas TV Psikopolitis harus dikuasai oleh kandidat untuk mendulang suara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com