Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sumiyati, TKI dari Grobogan yang Tewas Dianiaya Majikannya di Arab Saudi

Kompas.com - 11/01/2018, 09:06 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

Satu tahun berlalu, Sumiyati masih aktif berkomunikasi dengan keluarga melalui sambungan telepon. Gaji selama setahun yang disisihkan Sumiyati sebesar Rp 13 juta dikirimkan kepada keluarganya untuk membantu menyokong hidup.

Kekhawatiran mulai menyelimuti keluarga. Selama bertahun-tahun Sumiyati tidak pernah ada kabarnya. Pihak keluarga pun kesulitan mengakses Sumiyati. Sampai akhirnya bunyi dering ponsel dari nomor berkode Jakarta itu mengawali hancurnya asa yang menggunung bagi keluarga Sumiyati di desa terpencil tersebut.

"Telepon dari perusahaan penyalur di Jakarta menginformasikan bahwa Mbak Sumiyati meninggal dunia karena dibunuh majikannya. Kabar pada tahun 2010 itu kami terima setelah tiga bulan Mbak Sumiyati meninggal dunia. Seketika kami berteriak, menangis, dan shock. Kami tak habis pikir, Mbak Sumiyati yang kami cintai nasibnya berakhir tragis," kata Yuliatun.

Hingga sejauh ini, kasus pembunuhan Sumiyati masih dalam persidangan oleh pihak pengadilan setempat. Pihak keluarga berharap majelis hakim menjatuhkan hukuman yang setimpal kepada pelaku yang menghilangkan nyawa Sumiyati. Hak-hak yang sudah sepatutnya diterima pihak keluarga Sumiyati supaya segera diserahkan.

"Utang nyawa dibayar nyawa. Kami minta hukum di Arab Saudi bisa berlaku seadil-adilnya, dan kami mohon kepada Bapak Presiden Jokowi mengawal kasus ini. Karena sudah bertahun-tahun, kasus ini tidak ada kabarnya," ucap Sunarsih, ibunda Sumiyati.

Baca juga: Kemenaker Gandeng Kemenag Cegah TKI Ilegal Berkedok Umrah

Sumiyati tewas dianiaya

Ketua Lembaga Pemerhati dan Advokasi TKI, Jawa Tengah, Harso Mulyono menyampaikan, pihaknya merupakan tim pendamping hukum kasus Sumiyati. Data yang diterima pihaknya dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah, Arab Saudi, menyebutkan bahwa Sumiyati tewas pada 11 Februari 2010 di Kota Najran, Jeddah.

Tanpa sebab yang jelas, Sumiyati dianiaya secara sadis oleh majikan perempuannya, Sofiah binti Ahmad Ibrahin Assiri. Sumiyati kemudian dibakar hidup-hidup dan jasadnya yang hangus dibiarkan begitu saja di lantai atas rumah.

Terbongkarnya kasus itu, sambung Harso, setelah keluarga pihak majikan lelaki melaporkan kejanggalan itu kepada otoritas Arab Saudi. Dari kasus ini, pengadilan menyidangkan dua terdakwa, yaitu majikan perempuan Sumiyati, Sofiah binti Ahmad Ibrahin Assiri sebagai seorang ibu rumah tangga dan pelaku pembunuhan Sumiyati; serta majikan lelaki Sumiyati, Amir Muhammad bin Amir Al Assiri, pejabat publik di Jeddah, yang dianggap terlibat karena membiarkan kasus ini terjadi.

"Jasad Sumiyati hangus sehingga dengan pertimbangan segala macam dari keluarga dikebumikan di Arab Saudi. Ditusuk, dipukul, dan dibakar oleh majikan perempuan. Sungguh biadab pelakunya yang beralasan jengkel karena ditagih uang gaji oleh Sumiyati," kata Harso.

 

Menurut dia, pihaknya terus mendorong semua pihak untuk ikut mengawal kasus Sumiyati. KJRI di Jeddah, kata dia, juga sudah berupaya sepenuh hati mengawal persidangan kasus Sumiyati yang belum juga final.

"Intervensi pihak asing ke dalam proses pengadilan di negara mana pun tidak diperkenankan. Itu yang jadi kendala. Yang jelas KJRI terus mengawal. Kami mendorong semua pihak supaya hak ahli waris keluarga Sumiyati dipenuhi, termasuk pembayaran sisa gaji hampir lima tahun atau Rp 120 juta," ujar Harso.

Dia menambahkan, harapan keluarga Sumiyati adalah hukum syariat Islam di Arab Saudi bisa ditegakkan. Pihak keluarga menghendaki hukum Qisas, istilahnya dalam hukum Islam berarti pembalasan (memberi hukuman yang setimpal), mirip dengan istilah "utang nyawa dibayar nyawa". Dalam kasus pembunuhan, hukum Qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh.

"Kami minta hukum di Arab Saudi tegas sebagaimana diberlakukannya hukuman mati kepada raja Arab Saudi, Turki bin Saud al-Kabir, pada 2016 dan salah satu kasus paling mengemuka di kalangan kerajaan adalah ketika Faisal bin Musaid al Saud, yang membunuh pamannya, Raja Faisal, akhirnya dieksekusi pada 1975," tutur Harso.

 

Kompas TV Penundaan paspor dilakukan karena tidak sesuai dengan prosedur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com