Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Tak Ada Pasangan Calon yang Daftar ke KPU NTB pada Hari Selasa?

Kompas.com - 10/01/2018, 14:39 WIB
Fitri Rachmawati

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Ada yang menarik pada hari Selasa di tengah pendaftaran bakal calon gubernur dan bupati di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sepanjang hari Selasa (9/1/2018), suasana lengang justru terjadi di KPUD Provinsi NTB, KPU Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur. Tak ada satu pun pasangan bakal calon kepala daerah yang mendaftar.

Di KPUD NTB, hanya terlihat sejumlah aparat berjaga dan menyiapkan pendaftaran hari berikutnya. Meja pendaftaran kosong, tak ada panitia pendaftaran sibuk seperti Senin lalu.

“Hari ini tidak ada yang daftar, kan tahu ini hari Selasa, mana ada bakal calon yang mau daftar di hari Selasa. Hari Selasa itu selalu dihindari oleh suku Sasak di Lombok untuk menjalani hal-hal penting dalam hidupnya,” kata Hajrul, salah seorang panitia pendaftaran bakal calon gubernur di KPU NTB, Selasa sore.

(Baca juga: Kerap Dianggap Hari Sial, Tak Ada Paslon yang Daftar di Hari Selasa)

Menurut Hajrul, sebenarnya tidak ada kaitan antara hari Selasa dengan waktu pendaftaran bagi KPU karena pendaftaran dibuka sejak tanggal 8 hingga 10 Januari.

Akasar Anshari juga menegaskan, meskipun tidak ada pasangan bakal calon yang mengonfirmasi untuk mendaftar pada pada hari Selasa ini, tetapi mereka menantinya dengan setia sebagai kewajiban.

“Hari baik untuk mendaftar adalah Senin, Selasa dan Rabu tanggal 8, 9 dan 10 Januari 2018. Selain hari itu adalah hari naas karena pasti kami akan tolak pendaftarannya,” tuturnya.

Dia mengatakan, semua pihak menilai proses pilkada ini sebagai ladang amal ibadah sehingga semestinya semua hari adalah hari baik, terutama hari Senin sampai Rabu untuk pendaftaran.

Aksar menilai, kemungkinan para paslon masih merapikan dukungan dan konsolidasi parpol pengusung dan pendukung.

Komisioner KPU Lombok Barat, Suhardi, juga menanggapi bahwa tidak adanya paslon yang mendaftar pada hari selasa, kemungkinan karena persyaratan mereka belum lengkap.

“Ada beberapa parpol yang mau berencana mau daftar, tetapi tidak jadi,bukan karena hari Selasa, tetapi karena masih melengkapi persyaratan,” ungkap Suhardi.

"Kutukan" hari Selasa

Seorang warga di Mataram menunjukkan kalender Riwot Sasak yang merupakan terjemahan dari papan Warige atau penanggalan tradisional suku Sasak.KOMPAS.com/Fitri Rachmawati Seorang warga di Mataram menunjukkan kalender Riwot Sasak yang merupakan terjemahan dari papan Warige atau penanggalan tradisional suku Sasak.
Dari pengalaman kehidupan warga Sasak di Lombok, sering sekali warga menghindari hari Selasa untuk memulai kegiatan penting. Hari tersebut dilihat berdasarkan penanggalan suku Sasak yang kerap disebut kalemder Rowot Sasak.

Kompas.com berkesempatan bertemu kalender unik itu. Di kalender itu tertulis nama hari Selasa tanggal 9, persis dengan kalender masehi. Hanya saja di bagian atasnya ada tiga pembagian penanggalan sasak yang disebut Dal, Hijriah dan Masehi.

Dosen Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Mataram, Lalu Ari Irawan, yang juga Direktur Lembaga Rowot Nusantara Lombok, mengatakan, membaca kalender Rowot Sasak memang tidak mudah.

Memang sistem penanggalan Rowot Sasak tidak menyebutkan secara ansih bahwa hari Selasa adalah hari buruk. Menurut para pelaku tradisi, hari buruk itu berlaku pada hari tertentu, tidak melulu pada hari yang sama dalam kalender masehi.

Hari buruk itu juga dipercaya berbeda. Bisa dua kali seminggu, bisa sekali dalam seminggu, bisa tidak ada sama sekali.

“Hari-hari yang tidak baik ini tercatat polanya, itu tercatat dalam papan Warige atau yang ditransformasi dalam bentuk kalender Rowot Sasak. Kalau dulu orang pakai papan sekarang kami sudah terjemahkan bahasa penanggalan suku Sasak itu dalam bentuk kalender yang kami namai Rowot Sasak,” tutur Ari.

Papan Warige telah digunakan sebagai tradisi berabad-abad atau bahkan ribuan tahun lalu, masyarakat suku Sasak menggunakan papan warige untuk menentukan hari baik dalam melaksanakan kegiatan pertanian, perikanan, melaksanakan hajatan, keluarga dan untuk berpergian.

Terkait pasangan calon yang enggan mendaftar di hari Selasa, berdasarkan pertimbangan Warige atau kalender Rowot Sasak, ada hari-hari yang dihindari untuk berpergian atau bersilaturahim. Mendaftar ke KPU termasuk bepergian.

“Secara umum, orang Sasak menyebut hari Selasa saja, tetapi secara ilmu warige tidak hanya hari Selasa, tetapi ada hari-hari yang dihindari. Kalau mereka tak bisa menghindari ada kelompok masyarakat adat yang melakukan ritual untuk menghindari hal buruk yang kira-kira melekat pada hari itu,” ungkapnya.

Ari menerangkan, selama meneliti penanggalan suku Sasak atau papan Warige yang telah menjadi kalender Rowot Sasak, dirinya belum dilakukan penelitian lebih detail lagi, apa benar kale atau hari buruk rata-rata di hari Selasa, timnya belum sampai pada penelitian itu.

Harus dilihat jumlah hari Selasa dalam kalender dan berapa frekuensi kemunculannya. Apakah ada hubungannya dengan kepercayaan orang Sasak menghindari hari Selasa.

“Saya belum sejauh itu menelitinya, tetapi proses ke arah itu akan dilakukan, jika frekuensi kemunculan hari sial itu banyak di hari selasa dalam penanggalan suku Sasak atau Rowot Sasak, mungkin itu dasarnya mereka mempercayai hari Selasa sebagai hari sial,” katanya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com