Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Bergerak di Bawen, 12 Keluarga Terancam Kehilangan Tempat Tinggal

Kompas.com - 09/01/2018, 13:32 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Sedikitnya 12 keluarga di RT 02 RW 10, Dusun Bendo, Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, terancam kehilangan tempat tinggal. Sebab, tanah perbukitan yang lokasinya di atas permukiman warga itu bergerak.

Selain tempat tinggal, fenomena tanah bergerak ini sewaktu-waktu juga mengancam keselamatan jiwa warga setempat.

Fenomena tanah bergerak ini sudah berjalan satu pekan ini, tetapi pergerakan tanah yang signifikan terjadi pada Minggu (7/1/2018) pagi setelah kawasan ini dilanda hujan lebat semalaman.

Kondisi ini membuat warga terus diliputi rasa waswas, terutama jika turun hujan.

"Setiap turun hujan kami harus tidur sambil berjaga di teras, cucu-cucu tidur di lantai. Biar kalau terjadi apa-apa bisa langsung tahu," kata salah satu warga, Jumain (30), Selasa (9/1/2018) pagi.

Selain Jumain, ada 11 warga lainnya yang terdampak fenomena tanah bergerak ini. Mereka adalah Joni (50), Suyoto (70), Prihono (38), Saru (60), dan Anton 30. Mereka berada di terasering permukiman lapis pertama.

Sedangkan enam keluarga lainnya, yakni Rusmas, Saroso, Purwanti, Mardi, Darpono, dan Darso, berada di terasering permukiman lapis kedua.

"Warga sudah memasang plang larangan menebang pohon di atas bukit yang rawan longsor," tuturnya.

Baca juga: Terjadi Tanah Longsor di Tawangmangu, 300 Warga Mengungsi

Fenomena tanah bergerak di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Ngobo Kebun Jatirunggo mengancam permukiman warga yang dihuni 13 keluarga di RT 02 RW 10, Dusun Bendo, Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.Topan - SAR Bumi Serasi Fenomena tanah bergerak di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Ngobo Kebun Jatirunggo mengancam permukiman warga yang dihuni 13 keluarga di RT 02 RW 10, Dusun Bendo, Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.

Kepala Desa Kandangan Paryanto mengatakan, tanah bergerak ini sebenarnya telah terjadi sejak setahun yang lalu. Awalnya tanah yang berada di lahan PTPN IX ini terjadi rekahan dengan kedalaman sekitar 1 meter, tetapi sekarang bertambah mencapai sekitar 2 meter.

Kemarin telah dilakukan pertemuan warga dengan pihak PTPN IX untuk membicarakan permasalahan ini.

"Intinya, pihak PTPN IX beriktikad baik untuk merelokasi warga. PTPN menawarkan tiga opsi," kata Paryanto.

Untuk opsi pertama, kata Paryanto, ke-13 keluarga tersebut akan direlokasi ke wilayah Jatirunggo, Kecamatan Pringapus di lahan PTPN IX. Kemudian, opsi kedua, diberikan ganti rugi berupa uang. Namun, jika terjadi longsor, PTPN IX tidak bertanggung jawab.

"Opsi ketiga, masyarakat diminta mencari lahan sendiri," katanya.

Namun, hingga pertemuan berakhir, belum diperoleh kesepakatan. Warga masih akan berembuk secara internal, kemudian dilakukan pertemuan lanjutan dengan PTPN IX.

Sementara itu, secara terpisah, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang Heru Subroto mengatakan, lokasi pergeseran tanah tersebut berrada di area milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Ngobo Kebun Jatirunggo.

Sedangkan diameter geraknya berkisar antara 10 sentimeter hingga 1,5 meter, dengan tekstur tanah terasering ketinggian lebih kurang 100 meter dan kemiringan 45 derajat.

"Sementara warga kita sarankan untuk tinggal di tempat saudara dulu karena kondisi rawan," kata Heru saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa siang.

Melihat lokasi tanah bergerak tersebut rawan longsor, maka warga harus direlokasi. Namun, terkait rencana relokasi ini masih akan dibicarakan dengan berbagai pihak, termasuk kepala desa Kandangan.

"Kami akan koordinasi dengan pemerintah desa untuk membahas beberapa alternatif relokasi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com