Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herzaky Mahendra Putra
Pemerhati Politik

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Mahasiswa Program Doktoral Unair

Menakar Peta Politik Pilkada Jabar 2018

Kompas.com - 02/01/2018, 07:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

DINAMIKA seputar pemilihan kepala daerah di Jawa Barat di 2018 nanti, sungguh menarik untuk dicermati.

Gubernur petahana, Ahmad Heryawan atau biasa dipanggil Aher, sudah tidak bisa mengikuti kontestasi Pilkada Jabar lagi, mengingat sudah menjabat dua periode. Medan pertarungan menuju Jabar-1 pun relatif terbuka. 

Di sisi lain, Jabar merupakan provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak se-Indonesia, sehingga memiliki peran penting bagi percaturan politik nasional. Baik perebutan kursi di legislatif (pemilu legislatif) maupun eksekutif (pemilu presiden).

Keberadaan sebagian wilayah Jabar yang secara geografis berdekatan dengan Jakarta, menjadikan pertarungan politik di Jakarta maupun perebutan kekuasaan di tingkat nasional, sedikit banyak memengaruhi peta politik Jabar. 

Bagaimanapun, Pilkada Jabar 2018 ini bakal menentukan masa depan Jabar dalam lima tahun ke depan. Perlu bagi kita mencermati peta koalisi yang bakal terjadi, peluang tiap kubu, dan apa implikasinya untuk warga Jabar.  

Baca juga : Batal Dukung Deddy Mizwar di Pilkada Jabar, PKS Ungkap Pakta Integritas Ini

Koalisi reuni

Koalisi pertama yang benar-benar solid dalam konteks sudah memiliki bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur definitif dan disepakati oleh seluruh ketua umum partai politik yang terlibat adalah koalisi Gerindra, PKS, dan, PAN. Kesepakatan itu terjadi pada Minggu, 24 Desember 2017 lalu.  

Koalisi ini menamakan dirinya koalisi reuni, mengingat kebersamaan tiga partai ini dalam pilkada Jabar merupakan reuni dari koalisi mereka di Pilkada Jakarta 2017 lalu. Harapannya, hasilnya pun mengulang hasil di Jakarta lalu.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) mengangkat tangan calon Gubernur Jawa Barat Mayjen TNI (Purn) Sudrajat (kanan) saat jumpa pers di kediamannya, Padepokan Garudayaksa, Bukit Hambalang, Desa Bojongkoneng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/12). Partai Gerindra resmi mengusung Mayjen TNI (Purn) Sudrajat sebagai calon Gubernur Jawa Barat pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/pd/17ANTARA FOTO/ARIF FIRMANSYAH Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) mengangkat tangan calon Gubernur Jawa Barat Mayjen TNI (Purn) Sudrajat (kanan) saat jumpa pers di kediamannya, Padepokan Garudayaksa, Bukit Hambalang, Desa Bojongkoneng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/12). Partai Gerindra resmi mengusung Mayjen TNI (Purn) Sudrajat sebagai calon Gubernur Jawa Barat pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/pd/17
Koalisi ini kompak mengusung Mayjen (Purn) Sudrajat, kader Gerindra, selaku calon gubernur dan Ahmad Syaikhu, kader PKS. Sudrajat terakhir kali berdinas sebagai Duta Besar Indonesia untuk China. Sedangkan Ahmad Syaikhu sendiri merupakan wakil walikota Bekasi saat ini.

Hanya saja, ada dua pertanyaan besar menghampiri koalisi ini. Pertama, sosok Sudrajat yang kurang dikenal masyarakat Jabar. Kedua, posisi PAN di koalisi. Keberadaan dan kesuksesan koalisi ini tergantung pada kemampuan mereka menjawab dua pertanyaan ini.

Memang merujuk pada sejarah, masih sangat dimungkinkan calon yang popularitasnya rendah untuk terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat. PKS bersama PAN, berpengalaman melakukan hal ini di Jawa Barat.

Ahmad Heryawan atau Aher, Gubernur Jawa Barat saat ini, merupakan kader PKS yang kurang dikenal oleh publik di tahun 2008 ketika dicalonkan. Bahkan, Aher dipercaya warga Jabar selama dua periode. 

Modal untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas sebenarnya dimiliki oleh duet Sudrajat-Syaikhu. Baik itu kapabilitas personal, komposisi pasangan calon, maupun kemampuan mesin partai.

Sudrajat selaku pensiunan jenderal bintang dua tentunya tidak diragukan lagi kemampuan memimpinnya. Berbagai jabatan bergengsi pernah diembannya, baik di TNI maupun pemerintahan.

Dimulai dari Atase Pertahanan di London dan Washington, Kepala Pusat Penerangan TNI, Dirjen Strategi di Kementerian Pertahanan, maupun Dubes di China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com