Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Penyebab Longsor di Lereng Merapi yang Menewaskan 8 Penambang

Kompas.com - 20/12/2017, 19:37 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Kepolisian Resor (Polres) Magelang menyelidiki penyebab musibah longsor di kawasan penambangan galian C, di lereng Gunung Merapi, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Senin (18/12/2017) lalu.

Kepala Polres Magelang AKBP Hari Purnomo mengatakan, telah meminta keterangan saksi sebanyak delapan orang. Mereka adalah penambang manual yang selamat dan masyarakat yang berada di lokasi ketika musibah terjadi.

"Kami sudah mengambil keterangan dari beberapa orang, ada sekitar delapan orang. Masih ada beberapa orang lagi yang akan kita ambil keterangan," kata Hari, ditemui Rabu (20/12/2017).

Hari menjelaskan, penyelidikan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab pasti musibah yang mengakibatkan delapan orang tewas dan delapan orang luka-luka itu.

Selanjutnya, hasil penyelidikan ini nantinya akan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan terkait aktivitas penambangan di lereng Gunung Merapi.

"Selanjutnya kami akan gandeng pemerintah daerah, orang-orang dan pihak-pihak yang berkompeten atas penambangan tradisional/rakyat/manual untuk memikirkan masalah penambangan ini," tandasnya.

Menurutnya, masalah penambangan galian C harus diselesaikan secara komprehensif dan melibatkan semua pihak. Pasalnya, persoalan ini tidak hanya terkait penegakan hukum saja, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi.

"Karena kita berbicara masalah sosial, tidak hanya penegakan hukum saja, namun harus ada hal-hal lain yang diperhatikan. Salah satunya, apakah penambang manual itu diberikan lapangan kerja lain, sehingga akan beralih ke pekerjaan lain yang tidak berbahaya," urainya.

Baca juga : 8 Orang Tewas Tertimbun Longsor di Lereng Merapi

Dituturkan Hari, sejatinya ada sebuah kesepakatan yang berlaku untuk para penambang yang ingin menggali galian C Gunung Merapi. Kesepakatan itu salah satunya menyebutkan bahwa para penambang hanya boleh menambang di alur sungai, bukan di area tebing.

"Mereka tidak menggubris kesepakatan tersebut, malam tetap menambang di areal tebing yang berbahaya. Padahal (menambang) di alur sungai lebih aman," ujar Hari.

Hari menyatakan sudah melakukan berbagai upaya agar penambang itu mematuhi ketentuan yang ada, mulai upaya pencegahan hingga tindakan tegas.

Pihaknya sudah memasang spanduk tertulis di area berbahaya, imbauan lisan hingga penghentian paksa aktivitas penambangan.

"Kami juga menyuruh penambang untuk membuat pernyataan agar tidak menambang lagi di tebing. Tapi setelah itu, masih saja ada yang menambang lagi di tebing," tandasnya.

Baca juga : Nasi Bungkus Selamatkan Martanto dari Longsor di Lereng Merapi

Diberitakan sebelumnya, musibah tebing longsor terjadi di kawasan penambangan Bego Pendem, lereng Gunung Merapi, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Senin (18/12/2017) sekitar pukul 10.00 WIB.

Akibat musibah ini, 8 orang tewas dan 8 orang lagi mengalami luka-luka. Seluruh korban adalah para penambang yang sedang melakukan aktivitas di kawasan itu.

Kompas TV Upaya evakuasi korban longsor melibatkan 3 unit kendaraan alat berat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com