Pengamat: Deddy Mizwar dan Ridwan Kamil Berpotensi Ditinggalkan Partai Koalisi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pengamat politik dan keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi memprediksi Deddy Mizwar dan Ridwan Kamil berpotensi ditinggalkan partai-partai koalisi.

Dalam kasus Deddy Mizwar atau yang akrab disapa Demiz, menurut Muradi, potensi tersebut muncul ketika Partai Gerindra yang muncul dengan sosok Mayjen (Purn) Sudrajat sebagai bakal calon gubernurnya berencana menarik PKS dan PAN dari koalisi bersama Partai Demokrat yang sudah mengikat Deddy Mizwar sebagai kader untuk dimajukan sebagai gubernur dalam ajang Pilkada Jawa Barat 2018.

“Kalau PKS PAN pindah ke Gerindra, Deddy Mizwar tidak punya kendaraan. Buat Deddy Mizwar itu kekalahan betul. Demokrat akan sendiri karena akan susah masuk ke calon lain,” kata Muradi, di Bandung, Selasa (12/12/2017).

Sementara itu, di pihak Ridwan Kamil, potensi kaburnya partai-partai koalisi muncul ketika pria yang akrab disapa Emil ini melakukan proses konvensi pemilihan calon wakil gubernur pendampingnya.

“Saya kira langkah melakukan proses pemilihan calon wakil gubernur tidak etis. Karena konvensi dilakukan oleh orang yang mau 'nikahnya'. Harusnya koalisi dulu clear, begitu clear, baru konvensi,” ungkapnya.

Baca juga : Hadapi Pilkada Jabar, Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu Tunggu Sinyal Gerindra dan PAN

Muradi menambahkan, PKB dan PPP adalah dua partai koalisi yang paling memungkinkan meninggalkan Emil.

“Kang Emil bisa jadi Jomblo lagi karena PKB dan PPP ngotot kadernya jadi wakil,” tuturnya.

Tidak hanya PPP dan PKB, bahkan Partai Golkar bisa saja menarik dukungan dari Ridwan Kamil jika Munaslub Partai Golkar menghasilkan perubahan kebijakan dalam Pilkada Jawa Barat.

“Bisa jadi kehilangan dukungan kalau Munaslub Golkar ada perubahan luar biasa. Dia (Partai Golkar) akan pindah itu yang diharapkan Kang Dedi Mulyadi,” bebernya.

Baca juga : Mengapa Ridwan Kamil Belum Pertemukan Partai Koalisi?