Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersapu Banjir Bandang, Sawah di Gunungkidul Tinggal Bebatuan Cadas

Kompas.com - 11/12/2017, 11:59 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Banjir bandang yang terjadi beberapa waktu lalu menyisakan penderitaan bagi petani di Dusun Gelaran 1, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Belasan hektar lahan pertanian rusak tersapu air. Kini yang tersisa hanya bebatuan cadas.

Lahan tersebut berada persis di pinggir Sungai Oya. Sebelum banjir bandang, sawah milik beberapa orang warga itu baru saja ditanami padi. Lalu banjir datang. Padi yang baru ditanam pun hilang tersapu banjir.

Salah satu pemilik lahan, Sadirun (65) mengatakan, sejak puluhan tahun lalu dirinya menggarap lahan pertanian di lokasi tersebut. Setahun tahun, ia bisa panen tiga kali.

 

(Baca juga : Air Bergelembung dan Suara Gelegak Muncul Pasca-banjir di Gunungkidul, Warga Resah)

Area persawahan ini, terbilang cukup potensial. Tanahnya subur dan cocok untuk budidaya tanaman pangan terutama padi dan sayuran. Tapi sekarang, lapisan tanah sekitar 1,5 meter itu tak ada lagi, hilang disapu banjir.

"Bencana alam ini tercatat paling buruk hingga membuat puluhan hektar sawah berubah menjadi bebatuan cadas dan menjadikan kami pageblug (krisis)," ujarnya, Senin (11/12/2017). 

Sadirun mengaku pasrah dengan kejadian ini. "Saat ini kami bingung dan tidak bisa berbuat apa-apa," ucapnya.

Hal serupa diungkapkan Sarino (55). Dia mengaku memiliki tiga petak sawah dan bisa menghasilkan beras sekitar 6-7 kuintal per panen atau 2 ton dalam setahun.

Solusi satu-satunya untuk mengembalikan areal persawahan ini dengan mengganti lapisan tanah yang tergerus banjir.

(Baca juga : Di Gunungkidul, Presiden Jokowi Canangkan Gerakan Penanaman Pohon Nasional )

Namun, hal itu sulit dilakukan karena luasnya lahan pertanian yang berubah menjadi batuan cadas. Tradisi panen setahun tiga kali pun tinggal angan-angan.

"Harapan kami pemerintah bisa turun tangan untuk membantu petani yang saat ini kehilangan sawah," tuturnya.

Petani Walandi (40), warga Desa Bejiharjo tetap berupaya agar sawah miliknya difungsikan kembali dengan cara menguruk lapisan batu tersebut dengan tanah di sekitarnya. "Tidak tahu harus bagaimana lagi, semoga pemerintah memberikan solusi," ucapnya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan masih mengkaji peristiwa hilangnya tanah di persawahan milik warga.

"Iya tanahnya hilang," ucapnya..

Data yang diperoleh Kompas.com, sekitar 543 hektar lahan mengalami puso. Adapun tanaman terdampak yakni padi 257 hektar, jagung 284 hektar, dan kedelai 2 hektar.

Tanaman pangan gagal panen tersebar di 18 kecamatan. Namun untuk lokasi yang paling terdampak adalah lahan pertanian di pinggir aliran Sungai Oya, yakni di wilayah Kecamatan Karangmojo.

"Estimasi kerugian yang diderita petani mencapi Rp3,3 miliar," jelasnya.

Untuk membantu petani, pemerintah menyalurkan bantuan yang bersumber dari dana khusus untuk situasi darurat. Bantuan nantinya akan diberikan dalam bantuk benih jagung sebanyak satu ton yang dapat ditanam di lahan seluas 60 hektar.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY juga menyediakan benih sebanyak satu ton atau setara 40 hektar. "Petani yang ingin mengambil benih bisa datang, untuk menambal sulam," pungkasnya.

Kompas TV Sebuah truk pengangkut pasir dievakuasi oleh alat berat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com