Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Dua Nama Taman di Balekambang Solo

Kompas.com - 07/12/2017, 16:13 WIB
Labib Zamani

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Taman Balekambang di Solo, Jawa Tengah, menyimpan banyak cerita. Konon, tempat wisata yang berlokasi di Jalan Balekambang, Solo, ini dahulunya adalah tempat bersantai untuk keluarga dan kerabat Istana Pura Mangkunegaran.

Taman ini dilengkapi tempat bersantai, kursi, dan meja membentuk lingkaran, serta area bermain, kolam, pojok laktasi, mushala, taman reptil, gedung kesenian, dan lainnya.

Suasana di taman ini pun sangat sejuk karena ditumbuhi aneka jenis pepohonan yang rindang. Sebagian besar pohon itu sudah berusia ratusan tahun dan tergolong langka. Ada pohon beringin, apel cokelat, kenari, serta pohon langka jenis lainnya.

Pengunjung yang datang dimanjakan dengan keberadaan hewan rusa yang berkeliaran di taman. Ada belasan rusa yang sengaja dilepas secara bebas di taman itu. Aneka permainan, seperti perahu, kereta putar, dan becak hias, juga disuguhkan bagi para pengunjung.

Taman Balekambang dibangun pada masa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro VII sekitar tahun 1921. Taman ini merupakan hadiah untuk kedua putrinya, yaitu GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta. Bahkan, kedua nama putri penguasa Istana Pura Mangkunegaran itu diabadikan sebagai nama taman yang ada di Balekambang, yakni Taman Partini Tuin dan Partinah Bosch.

"Dua nama taman ini diambil dari nama putri KGPAA Mangkunegoro VII sehingga diabadikan menjadi dua taman di Balekambang ini," kata Kepala UPT Kawasan Wisata Taman Balekambang Solo, Sumeh, kepada Kompas.com di Solo baru-baru ini.

Baca juga: Taman Balekambang Solo Bakal Jadi Destinasi Wisata Malam Hari

Bangunan di taman seluas 9,8 hektar ini memadukan konsep Jawa dan Eropa. Tidak hanya menciptakan keindahan, tetapi memiliki fungsi utama sebagai paru-paru kota di Solo.

Misalnya Taman Partini Tuin atau Taman Air Partini yang berfungsi sebagai penampungan air untuk membersihkan dan menggelontorkan kotoran-kotoran sampah di dalam kota. Kolam ini sering dijadikan sebagai area bermain perahu bagi para pengunjung.

Berbeda dari Taman Partinah Bosch atau Hutan Partinah, taman ini memiliki fungsi sebagai daerah resapan atau paru-paru kota sehingga di sekitar taman ini ditumbuhi tanaman langka, seperti kenari, beringin putih, beringin sungsang, dan apel cokelat.

Taman Partini Tuin diambil dari nama putri KGPAA Mangkunegoro VII di Taman Balekambang Solo.KOMPAS.com/Labib Zamani Taman Partini Tuin diambil dari nama putri KGPAA Mangkunegoro VII di Taman Balekambang Solo.

Taman Balekambang baru dibuka untuk masyarakat umum pada era KGPAA Mangkunegoro VIII. Berbagai hiburan muncul untuk menyemarakkan dan meramaikan taman sebagai paru-paru di Kota Solo, seperti ketoprak lesung (ketoprak yang diiringi dengan musik lesung).

Pada era tahun 1970-an, masuk hiburan Srimulat yang melahirkan beberapa seniman terkenal, seperti Timbul, Gepeng, Djujuk, Nunung, Mamik, dan Basuki.

"Taman Balekambang ini direvitalisasi tahun 2008. Di samping fungsi utama sebagai daerah resapan dan paru-paru kota, juga diperuntukkan sebagai ruang publik," kata dia.

Sumeh mengungkapkan, proses revitalisasi wisata Taman Balekambang baru dilakukan pada masa pemerintahan Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) yang kini menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia.

Taman Balekambang buka setiap hari mulai pukul 07.00 - 17.00 WIB. Pengunjung yang datang ke taman wisata ini tidak dipungut tiket masuk alias gratis.

"Setiap hari pengunjung yang datang mencapai 3.000 orang. Tidak hanya dari Solo, tetapi juga dari berbagai penjuru daerah," ungkap Sumeh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com