Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rindu Alam di Puncak yang Akan Dirindukan (1)

Kompas.com - 06/12/2017, 07:23 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Pada tahun 1980-an sampai awal 2000-an, masyarakat yang biasa bepergian ke Bandung melintasi kawasan Puncak, di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor, pasti hafal betul dengan nama rumah makan ini.

Rindu Alam.

Hampir setiap kendaraan yang melintas selalu menjadikan Rindu Alam sebagai tempat beristirahat sambil menyantap hidangan sebelum melanjutkan perjalanan.

Rindu Alam mengalami masa kejayaannya sejak pertama kali beroperasi pada tahun 1980. Pada era pemerintahan Presiden Soeharto itu, Rindu Alam tidak pernah sepi dari pengunjung.

Bukan hanya tamu lokal saja yang datang ke Rindu Alam, melainkan juga tamu mancanegara. Turis dari Asia maupun Eropa pernah singgah untuk mencicipi hidangan makanan di rumah makan milik mantan Panglima Kodam Siliwangi Letjen Ibrahim Adjie ini.

Berjalannya waktu, perlahan jumlah pengunjung mulai berkurang. Sejak dibangunnya Tol Cipularang sebagai alternatif akses jalan menuju Bandung dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, jumlah wisatawan yang melintasi jalur Puncak untuk pergi ke Bandung berkurang drastis. 

Selain itu, tumbuhnya tempat-tempat makan baru di sepanjang jalur menuju Puncak, mulai dari Gadog (Ciawi) sampai Cisarua, ditambah kemacetan di sepanjang jalur Puncak juga menjadi faktor Rindu Alam tak seramai dulu.

 

Seorang karyawan rumah makan Rindu Alam, Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat, sedang melayani pelanggan turis arab yang datang, Kamis (30/11/2017).KOMPAS.com / Ramdhan Triyadi Bempah Seorang karyawan rumah makan Rindu Alam, Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat, sedang melayani pelanggan turis arab yang datang, Kamis (30/11/2017).

Namun, apapun kondisinya, bagi mereka yang rindu dengan Rindu Alam, tempat ini selalu menjadi kenangan dan melekat di hati pecintanya.

Banyak orang beranggapan belum lengkap rasanya ke Puncak tanpa datang ke Rindu Alam. Puncak pun identik dan melekat dengan nama Rindu Alam.

Ajat Sudrajat masih ingat betul ketika dirinya pertama kali bekerja di rumah makan ini, 30 tahun silam. Pria asal Ciamis, Jawa Barat ini menceritakan, banyak pengunjung sampai susah mencari tempat duduk. Terlebih pada akhir pekan.

Entah karena faktor apa sampai Rindu Alam disesaki pengunjung yang mayoritas berasal dari luar Bogor. Ajat mengatakan, mungkin ketika itu, belum ada banyak tempat yang menawarkan sensasi makan sambil melihat panorama alam Puncak di atas ketinggian 1.443 meter di atas permukaan laut.

"Saya melihat Rindu Alam, ya mungkin karena pemandangannya, suasananya, udaranya, juga lokasinya. Bahkan tamu dari Asia, Eropa suka ke sini. Dulu, tamu-tamu negara juga sering ke sini," ungkap Ajat, akhir pekan lalu.

 

Dua orang koki karyawan rumah makan Rindu Alam, Cisarua, Puncak, Bogor , Jawa Barat, sedang memasak hidangan untuk disajikan kepada pelanggan, Kamis (30/11/2017)KOMPAS.com / Ramdhan Triyadi Bempah Dua orang koki karyawan rumah makan Rindu Alam, Cisarua, Puncak, Bogor , Jawa Barat, sedang memasak hidangan untuk disajikan kepada pelanggan, Kamis (30/11/2017)

Ajat menjelaskan, sejak pertama kali dibangun dan sampai sekarang, bentuk bangunan rumah makan yang segera dibongkar untuk kepentingan jalur hijau dan pelebaran jalan ini tetap tidak mengalami perubahan.

Ajat mengatakan, salah satu sudut yang menjadi tempat favorit pengunjung adalah deretan kursi memanjang di samping jendela kaca bening.

"Dari sudut itu, pengunjung bisa melihat pemandangan khas kawasan Puncak dari ketinggian," kata salah satu Supervisor Rindu Alam ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com