Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danau Dadakan di Gunungkidul Surut, Warga Kehilangan Lahan Pertanian

Kompas.com - 05/12/2017, 16:20 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena danau dadakan berwarna jernih di Dusun Wediwutah, Desa Ngeposari, Gunungkidul, Yogyakarta, seluas puluhan hektar sudah surut.

"Mulai Jumat (1/12/2017) air mulai surut dan puncaknya pada hari Minggu (3/12/2017)," kata Ketua RT 02 Wediwutah Sarwo Widodo saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (5/12/2017). 

Akibat banjir, tanah pertanian seluas 35 hektar praktis tidak bisa ditanami lagi karena ketebalan lumpurnya. Warga sudah menanam padi beberapa minggu sebelum banjir.

"Tanah tegalan yang sudah ditanami rusak semua, dan saat ini ketebalan lumpur mencapai 60 sampai 80 sentimeter," ujar dia.

Warga Wediwutah, Sukiyat, mengatakan, saat ini air di Sumber Ngreneng sebagai sumber air yang menyebabkan munculnya danau dadakan sudah mulai mengalir seperti biasa menuju ke Luweng yang menuju sungai bawah tanah. "Di sana (Sumber Ngreneng) airnya sudah normal," ucapnya. 

Adapun Adi Suwito, warga Wediwutah lainnya, menambahkan, melubernya Sumber Ngreneng sempat membuatnya khawatir. Dia dan keluarga sempat mengemasi barang di rumah untuk mengungsi.

Setiap malam warga menandai ketinggian air dengan menaruh batu di sekitar jalan antardusun. "Melihat air sebanyak itu dan airnya bening, siapa pun pasti waswas. Istri saya sudah mengemasi baju jika sewaktu-waktu air naik sampai ke rumah," ucap dia.

Baca juga: Pelajaran soal Karst dan Air dari Kasus Danau Dadakan di Gunung Kidul

Sementara itu, Kepala Dusun Wediutah, Diarto, mengatakan, akibat luapan air sejak Rabu (29/11/2017), luapan air yang berasal dari Sumber Mata Air Ngreneng telah menggenangi lahan seluas lebih kurang 30 hektar.

Selain luas, ketinggian air yang berwarna bening kehijauan itu kira-kira mencapai 20 meter. Ketinggian air diketahui karena ada tiga tiang listrik di area luapan yang tenggelam hingga tidak terlihat. "Lahan pertanian yang rusak akibat genangan itu sekitar 35 hektar," ujar Diarto. 

Dia menjelaskan, sumber air yang disebut juga wireneng itu saat ini debit airnya mendekati normal. Oleh warga sekitar, sumber air tersebut dikenal dengan kejernihan airnya. "Airnya jernih, seperti air kemasan itu," kata dia. 

Dari pantauan Kompas.com, pepohonan yang sebelumnya terendam air terlihat kecoklatan. Sisa lumpur masih terlihat di tanah tegalan milik warga. Sejumlah warga yang penasaran dengan fenomena itu pun masih berdatangan ke lokasi sejak pagi.

"Penasaran saja katanya airnya jernih, tetapi sampai sini sudah surut," kata Lambang, warga Wonosari.

Kompas TV Ketika musim dingin tiba di Rusia, banyak warga yang mendatangi Danau Baikal untuk berenang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com