Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Mus: Saya Baca Puisi karena Gus Dur

Kompas.com - 02/12/2017, 10:19 WIB
Slamet Priyatin

Penulis

KENDAL, KOMPAS.com - Penonton yang memadati halaman Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (1/12/2017) malam, langsung bertepuk tangan ketika pemandu acara, Agus Dewa, mempersilakan KH Musthofa Bisri naik ke panggung. Setelah duduk di kursi yang ada di atas panggung, kiai yang juga budayawan asal Rembang itu bercerita.

“Saya mulai membaca puisi ketika saya disuruh baca puisi oleh teman saya yang menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Saat itu ketuanya Abdurrahman Wachid. Saya disuruh membaca puisi berbahasa Arab," kata Musthofa Bisri.

Kiai yang biasa disapa Gus Mus itu menambahkan, saat itu yang mendengarkan banyak yang heran. Sebab, mereka beranggapan membaca puisi berbahasa Arab sama dengan membaca Al Quran.

“Setelah itu, saya ikut-ikutan baca puisi terus,” ujar dia.

Seusai bercerita, Gus Mus mulai membaca puisi-puisinya. Puisi pertama yang dibaca berjudul "Nyanyian Kebebasan atawa Boleh Apa Saja". Menurut Gus Mus, puisi itu adalah puisi yang dia buat tahun 1987.

Baca juga: Pertemuan Terakhir Dua Sahabat, Gus Dur dan Gus Mus

Berikut ini isi puisinya:

Nyanyian Kebebasan atawa Boleh Apa Saja

Merdeka!
Ohoi, ucapkanlah lagi pelan-pelan
Merdeka
Kau ‘kan tahu nikmatnya
Nyanyian kebebasan

Ohoi,
Lelaki boleh genit bermanja-manja
Wanita boleh sengit bermain bola
Anak muda boleh berkhutbah dimana-mana
Orang tua boleh berpacaran dimana saja

Ohoi,
Politikus boleh berlagak kiai
Kiai boleh main film semau hati
Ilmuwan boleh menggugat ayat
Gelandangan boleh mewakili rakyat

Ohoi,
Dokter medis boleh membakar kemenyan
Dukun klenik boleh mengatur kesejahteraan
Saudara sendiri boleh dimaki
Tuyul peri boleh dibaiki

Ohoi,
Pengusaha boleh melacur
Pelacur boleh berusaha
Pembangunan boleh berjudi
Penjudi boleh membangun

Ohoi,
Yang kaya boleh mengabaikan saudaranya
Yang miskin boleh menggadaikan segalanya
Yang di atas boleh dijilat hingga mabuk
Yang di bawah boleh diinjak hingga remuk

Ohoi,
Seniman boleh bersufi-sufi
Sufi boleh berseni-seni
Penyair boleh berdzikir samawi
Muballigh boleh berpuisi duniawi

Ohoi,
Si anu boleh anu
Siapa boleh apa
Merdeka?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com