Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempe "Raksasa" dari Grobogan Sukses Tembus Rekor Dunia

Kompas.com - 01/12/2017, 07:19 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah sukses memecahkan rekor dunia dengan menciptakan tempe kedelai lokal terbesar.

Tempe raksasa berukuran 7 meter x 10 meter dengan ketebalan 5 sentimeter itu berhasil mengantongi sertifikat dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Pengakuan resmi tertulis itu diserahkan oleh Eksekutif Manajer Muda MURI, Sri Widayati kepada Bupati Grobogan, Sri Sumarni di sela acara pembukaan Expo Grobogan Ekonomi Kreatif, di Alun-alun Purwodadi Grobogan, Kamis (30/11/2017). 

Penyerahan sertifikat MURI juga disaksikan oleh Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Dirjen Tanaman Pangan Kementan RI, Sumardjo Gatot Irianto dan lainnya.

Sri Widayati menyampaikan, tempe berukuran fantastis ini tak hanya menyandang predikat rekor nasional melainkan menembus rekor dunia.

Baca juga : Ganjar: Bangsa Kita Bangsa Tempe...

"Tempe kedelai raksasa di Grobogan ini mengalahkan rekor jenis serupa yang dibuat di Malang berukuran 6 meter x 9 meter," katanya.

Tempe raksasa ini jika dipotong akan menjadi 21.000 potong tempe kemasan normal. Tempe dibuat dalam kurun waktu tiga hari dengan bahan baku sebanyak 2 ton kedelai lokal.

Pengerjaan dilakukan oleh 75 orang perajin tempe, PPS (penyuluh pertanian swadya), pegawai Dinas Pertanian, dan lainnya.

"Untuk pembuatan tempe berukuran besar ini disiapkan kedelai lokal sekitar 2 ton. Pembuatan tempe juga didukung Dinas Pertanian Grobogan dan berbagai pihak lainnya. Tempe kita pamerkan, sebagian diolah, sebagian dibagikan untuk pengunjung," kata Kabag Perekonomian Setda Kabupaten Grobogan, Pradana Setyawan.

Usai penyerahan penghargaan, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi lokasi pembuatan tempe raksasa yang ditempatkan di ruang rapat paripurna II DPRD Kabupaten Grobogan. 

Bupati Grobogan, Sri Sumarni, menyatakan, pembuatan tempe sengaja dipilih dengan bahan baku kedelai lokal yang saat ini terus saja dikembangkan oleh Pemkab Grobogan. 

Kedelai lokal yang asli tumbuh subur di bumi Grobogan, tentunya bukan GMO (Genetically Modified Organisms). GMO adalah kedelai yang telah ditingkatkan kemampuan genetisnya melalui rekayasa genetis.

Penggunaan bahan kedelai lokal ini salah satu tujuannya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. 

"Langkah ini untuk membuktikan bahwa kualitas varietas kedelai petani Grobogan memang jempolan. Dengan kata lain kedelai Grobogan non GMO yang sehat dikonsumsi. Untuk lahan kedelai kami siap bekerjasama dengan Perhutani dari lahan seluas 20.000 hektar menjadi 100.000 hektar," kata Sri Sumarni.

Sumardjo Gatot Irianto mengapresiasi langkah Pemkab Grobogan yang terus mengembangkan varietas kedelai non-GMO. Sumardjo berharap pengembangan kedelai unggulan alami ini juga diwujudkan oleh daerah lain. 

"Saya harap kedelai non-GMO bisa disajikan saat rapat instansi maupun pelayanan konsumsi di rumah sakit milik daerah. Grobogan diharapkan mampu menyediakan lahan seluas 100 ribu hektar? untuk kedelai dan Jateng seluas 1 juta hektar lahan kedelai," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com