YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Bencana banjir dan longsor terjadi di sejumlah daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akibat siklon tropis Cempaka.
Sehubungan dengan itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menetapkan status siaga darurat mulai hari ini sampai akhir Januari 2018.
"Situasi terkini, DIY siaga darurat bencana banjir, longsor, dan angin kencang," kata Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Krido Suprayitno, kepada wartawan di Kepatihan, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Rabu (29/11/2017).
Status itu, kata Krido, berdasarkan usulan bupati dan wali kota yang juga telah menetapkan status siaga darurat akibat bencana yang melanda kemarin. Menurut dia, tiga wilayah sudah dinaikkan statusnya menjadi tanggap darurat untuk mengantisipasi bencana susulan.
"Tiga wilayah tersebut yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Untuk Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo masih siaga darurat," tutur Krido.
Penetapan status itu, Krido menjelaskan, untuk mempermudah koordinasi antara pemerintah provinsi dan kota/kabupaten dalam menangani bencana. Selain itu, untuk memberi tahu kepada masyarakat agar selalu siaga dan waspada jika terjadi bencana.
"Makna kesiagaan darurat itu untuk mengambil peran keterlibatan kota/kabupaten agar bisa mengoptimalkan semua sumber daya dan komponen penanggulangan bencana. Kalau tidak mampu, bisa ditangani provinsi," ucap Krido.
"Secara situasional bilamana BMKG memberikan informasi adanya perubahan cuaca ekstrem, tidak kemungkinan dari siaga bisa ditingkatkan, tapi kami lihat. Kami evaluasi dari waktu ke waktu," ujar Krido.
Baca juga: Jalur Utama Yogyakarta-Wonosari Bisa Dilalui Kembali
Dia menambahkan, siklon tropis Cempaka yang menerpa DIY memang sangat berdampak. Bencana banjir, longsor, dan angin kencang menerpa sejumlah daerah yang ada di lima kota/kabupaten. Berdasarkan laporan sementara, menurut dia, ada empat korban jiwa akibat bencana kemarin.
"Semuanya akibat longsor. Seorang korban yang ada di kota (Yogyakarta) masih dalam pencarian," kata Krido.
Tak hanya korban jiwa, ucap Krido, sejumlah infrastruktur juga rusak akibat luapan air sungai. Setidaknya ada dua jembatan yang menjadi akses masyarakat terputus akibat rusak parah. "Dua jembatan itu ada di Bantul dan Kulon Progo," ucap dia.
Terkait dengan jumlah pengungsi, Krido menyebutkan, belum bisa dirinci dengan pasti. Namun, berdasarkan laporan sementara, pengungsi terbanyak berasal dari Kabupaten Bantul yang totalnya mencapai 1.550 orang.
"Jumlah pengungsinya ada yang tersebar dan terpusat. Yang terpusat ada di Imogiri, ada tiga titik, totalnya 750. Untuk wilayah lainnya masih kami cek karena tadi pagi informasi belum masuk," ujar dia.