Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun Hotel Burung Walet, Pengusaha di Sebatik Ini Raup Untung Besar

Kompas.com - 26/11/2017, 10:48 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com — Siapa sangka keputusannya merubah bangunan hotel empat lantai menjadi “hotel burung wallet” akan berbuah manis. Padahal, pada 2006 tingkat hunian hotel di wilayah perbatasan Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, cukup tinggi.

Hal itu mengingat tingginya arus lalu lintas orang dan barang dari Nunukan menuju Malaysia ataupun sebaliknya. Nunukan merupakan kota transit bagi TKI yang akan menuju Malaysia.

“Dulu belum ada yang berpikir membangun sarang burung walet. Ini banguna pertama sarang walet,” ujar Surianto, pengusaha walet dari Sebatik, Minggu (26/11/2017).

Keputusan mengubah bangunan hotel empat lantai menjadi sarang burung walet diambil setelah orangtua Surianto berkunjung ke Kota Jambi. Di kota tersebut saat itu sedang marak usaha burung walet.

Harga jual sarang burung walet di Jambi saat itu mencapai Rp 27 juta per kilogram. Sementara di Sabah, Malaysia, harganya mencapai Rp 35 juta per kilogram. Dengan perbedaan harga itu, Surianto belajar bisnis sarang burung walet.

Selain di Jambi, hotel khusus burung walet juga banyak dibangun di Berau dan beberapa kota di Malaysia. "Di Sebatik belum ada," kata Surianto. 

Pemasaran 

Satu-satunya tempat penjualan sarang burung walet yang terdekat dengan Sebatik saat itu adalah  Malaysia. Apalagi, harga jual di Malaysia lebih tinggi. Namun, saat ini pembeli dari Jakarta dan Surabaya juga sering berburu sarang burung walet ke Sebatik. Harga yang ditawarkan juga cukup kompetitif. 

Surianto mengatakan membutuhkan waktu tiga tahun untuk bisa panen sarang walet dari bangunan “hotel burung walet” yang dibangunnya.

hasil panen sarang waletKOMPAS.com/SUKOCO hasil panen sarang walet
Namun, untuk menjaring burung walet menginap di hotel miliknya, dia mengatakan, hanya dibutuhkan watu tiga bulan karena saat itu burung walet sangat banyak dan hanya bersarang di alam liar.

Saat panen pertama, dia mendapat 1 kg sarang walet seharga Rp 27 juta rupiah per kg. Panen terbaik yang sempat dirasaan pengusaha asal Sebatik ini adalah 12 kg yang dikumpulkan dalam waktu 1,5 bulan karena saking banyaknya burung walet yang menginap di hotelnya.

Sayangnya, harga sarang walet saat itu hanya Rp 12,5 juta. Dalam setahun, rata-rata pendapatan sarang walet dari hotel burung waletnya penghasilkan minimal 20 kg sarang walet. Harga saat ini mencapai Rp 14 juta hingga Rp 20 juta per kg.

Sejak saat itu, warga di Sebatik Kabupaten Nunukan mulai mengikuti jejak Surianto dengan membangun bangunan khusus burung walet. Bahkan ada yang membangunnya di kolong rumah. 

Aturan

Sebatik merupakan pulau yang terbagi antara Indonesia–Malaysia yang luasannya mencapai lebih dari 433 kilometer. Di Sebatik Indonesia, terdapat lebih dari 100 bangunan sarang walet yang dibangun.

Sayangnya, pemerintah daerah belum memiliki peraturan daerah untuk mengatur keberadaan bangunan sarang burung walet. Padahal, tingginya harga sarang burung walet di pasaran bisa dipastikan akan menyumbang pendapatan asli daerah yang tidak sedikit.

"Kami harap DPRD dan Pemerintah Daerah segera menggodog peraturan daerah tersebut. Hal ini untuk menjamin kepastian usaha sarang walet bagi pengusaha dan pemerintah daerah bisa mendapat penghasilan asli daerah dari situ,” kata Surianto.

Kompas TV Pemandangan ratusan burung parkit keluar sarang membuat pemandangan spektakuler.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com