Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Seorang Mahasiswi di Solo Jual Cilok untuk Biaya Kuliahnya

Kompas.com - 22/11/2017, 18:45 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis


SOLO, KOMPAS.com - Status sebagai mahasiswi tak membuat Alfiani Nur Natalia (22), warga Kleco, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, malu berjualan cilok di pinggir jalan.

Berbekal tekad untuk membiayai kuliahnya, mahasiswi semester III Jurusan Bahasa Inggris Akademi Bahasa Asing ST Pignatelli Solo itu berjualan cilok setiap hari di pinggir Jalan Menteri Supeno, Manahan, Kota Solo. Hasilnya, selama delapan berjualan, 1.000 pentol ciloknya ludes dibeli pelanggan.

"Sudah lima bulan saya jualan cilok di sini. Puji Tuhan, hasilnya bisa buat membayar biaya kuliah dan jajan," kata Alfiani saat ditemui di tempat jualannya, Senin (20/11/2017) siang.

Alfiani berjualan cilok dengan menggunakan gerobak dorong produksi kakak kandungnya. Kakak Alfiani dikenal sebagai juragan cilok yang biasa menyediakan cilok, tahu, hingga gerobak.

"Selain saya, ada tujuh penjual cilok lain yang mengambil cilok dan tahu di kakak saya," ungkap Alfiani.

Tak hanya cilok, putri sulung pasangan Parjo Suwito dan Suminah itu juga berjualan tahu rebus. Dia menjual cilok dan tahu pada satu panci sedang yang ditaruh di gerobak dorongnya.

Agar cilok dan tahunya tetap panas, Alfiani memasang kompor gas. Sementara saus, kecap, dan tusuk pentol ditaruhnya pada kotak di samping panci rebus.

Tak hanya menyediakan cilok dan tahu panas, Alfiani juga memiliki stok cilok dan tahu dingin yang ditaruh pada kotak kaca.

Baca juga: Kisah Anggota Brimob Jatim Hidupi 64 Anak Tak Mampu Selama 10 Tahun

Kenekatan Alfiani berjualan cilok lantaran dia merasa iba terhadap kedua orangtuanya yang sudah tidak lagi bekerja karena sudah tua. "Hasil jualan cilok bisa bantu biaya kuliah. Orangtua saya sudah tua sehingga tidak bisa kerja lagi," ungkap Alfiani.

Setiap harinya, kata Alfiani, dia mendapatkan omzet kotor Rp 450.000 hingga Rp 500.000. Dari omzet itu, dia mendapatkan komisi dari kakaknya rata-rata Rp 50.000 dan makan.

Alfiani mengatakan tidak malu jika saat berjualan cilok ketemu dengan teman kuliahnya. Dia malah percaya diri. Bahkan teman-teman kuliahnya diajak untuk jajan membeli ciloknya.

"Saya pede saja. Malahan saya suruh teman-teman jajan di sini semuanya, dan puji Tuhan banyak yang jajan di sini," ungkap Alfiani.

Kendati lelah berjualan cilok dari pagi sampai sore, Alfiani merasa bangga bisa membiayai kuliah dengan hasil keringatnya sendiri. Seusai berjualan cilok, Alfiani kemudian kuliah sampai malam hari.

Dia mengaku awalnya malu saat berjualan cilok karena dianggap sebagai pekerjaan tidak bergengsi. "Awalnya saya malu karena pekerjaan ini tidak bergengsi, tetapi mau tidak mau harus pede saja," kata dia.

Alfiani juga mengatakan bahwa jiwanya sudah biasa berwirausaha. Untuk itu, dia lebih senang bekerja di lapangan ketimbang bekerja di belakang layar. "Kalau jualan untungnya banyak dan bisa berinteraksi dengan banyak orang," jelas Alfiani.

Setelah lulus kuliah, Alfiani berencana tak lagi berjualan cilok. Dia akan mencari pekerjaan sesuai dengan jurusan kuliahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com