Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Alasan Ganjar Ingin Pangkas Perizinan bagi Nelayan

Kompas.com - 22/11/2017, 15:01 WIB
Josephus Primus

Penulis

REMBANG, KOMPAS.com - Berkaca dari pengalaman saat masih menjadi anggota DPR, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo punya alasan untuk memangkas perizinan untuk nelayan.

"Seorang nelayan mau melaut saja, harus memenuhi perizinan yang sangat panjang. Dulu saat saya masih di DPR, perizinan mencapai 29 item, maka saya berusaha minta diperpendek. Meski sekarang meskipun sudah dipangkas, namun juga masih panjang proses itu," kata dia saat bertandang ke Kabupaten Rembang, hari ini untuk memberikan alat tangkap ramah lingkungan serta bantuan lain seperti modal usaha, asuransi dan perbaikan rumah kepada nelayan.

Menurut Ganjar, panjangnya proses perizinan yang harus ditempuh para nelayan lanjut dia membuat nelayan kesulitan. Maka dari itulah, ia berhara pada deregulasi dalam peraturan perizinan nelayan agar semakin sederhana.

"Saya mau dorong hal itu (deregulasi). Kalau pusat tidak bisa, nanti akan saya terobos," tegas Ganjar disambut tepuk tangan ribuan nelayan Rembang.

Selain penyederhanana regulasi dan perizinan bagi para nelayan, kesejahteraan nelayan lanjut Ganjar juga harus dijamin. Untuk itu, pihaknya lanjut Ganjar terus intens berkomunikasi dengan pemerintah khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan agar terus memberikan program-program peningkatan kesejahteraan para nelayan.

"Seperti yang saat ini dilakukan, yakni adanya bantuan modal usaha, bantuan alat tangkap ikan, bantuan kapal hingga bantuan bedah rumah bagi nelayan agar kehidupan nelayan semakin sejahtera. Ada pula asuransi, jadi kalau nanti terjadi apa-apa, keluarga nelayan sudah diasuransikan," tuturnya.

Persoalan

Penataan kampung nelayan Tegalsari oleh Kementerian PUPR. Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Penataan kampung nelayan Tegalsari oleh Kementerian PUPR.

Sementara itu, terkait panjangnya perizinan para nelayan, Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, Syarif Widjaya membenarkan hal itu. Menurutnya, lamanya proses perizinan bagi nelayan memang masih menjadi persoalan.

"Memang perizinannya masih panjang. Sebenarnya kami juga berharap perizinan nelayan diperpendek agar memudahkan nelayan," kata dia.

Pihaknya menginginkan proses periaznan nelayan dilakukan seperti layanan kendaraan di samsat (kantor bersama satu atap untuk pelayanan terpadu). Dalam pelayanan itu, semuanya dilayani satu pintu. Prosesnya pun sangat cepat untuk mendapatkan berkas-berkas yang dibutuhkan.

"Kami ingin semudah seperti mengurus BPKB dan STNK, jadi nelayan mendapatkan semua yang dibutuhkan terkait perijinan dengan gampang tanpa melalui proses panjang," kata Syarif.

Lebih lanjut Syarif menambahkan, terkait kesejahteraan nelayan pihaknya sudah menelurkan berbagai program. Di antaranya adanya pinjaman modal dengan suku bunga 6 persen. Total sudah Rp 82 miliar bantuan pinjaman modal yang diberikan kepada nelayan.

"Kami juga selalu memberikan bantuan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan, kapal, dan perbaikan rumah serta lingkungan para nelayan," imbuhnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga sudah mengajak para nelayan mengikuti asuransi. Pihaknya mendorong agar nelayan mengikuti asuransi demi keamanan dalam bekerja.

"Total sudah 80 persen nelayan di Indonesia yang mengikuti asuransi ini. Kami akan terus mendorong agar semua nelayan berasuransi," pungkasnya. (KONTRIBUTOR JAWA TENGAH/ANDI KAPRABOWO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com