Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut Kejahatan Kelompok Bersenjata di Tembagapura Sejak Agustus 2017

Kompas.com - 16/11/2017, 14:14 WIB
Kontributor Wamena, John Roy Purba

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com - Saat ini aparat TNI dan Polri berkolaborasi dalam menangani Kelompok Kriminal Besenjata (KKB) yang telah mengklaim dirinya menguasai seluruh area Freeport, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua.

KKB ini memiliki kebiasaan untuk melakukan penyerangan terhadap mobil rombongan karyawan Freeport, aparat TNI, dan Polri.

Namun belakangan, kelompok tersebut juga memerkosa, menganiaya, merampas harta benda masyarakat, bahkan tak memberikan akses keluar masuk bagi masyarakat di Kampung Kimbely dan Kampung Banti yang hendak keluar dari kampung tersebut.

Selain operasi terpadu, Kapolda Papua mengeluarkan maklumat bernomor 1/MKLMT/01/XI/2017 tertanggal 12 November 2017 yang disampaikan langsung oleh Kapolda Papua itu adalah sebagai berikut:

(Baca juga : 1.500 Lembar Maklumat Kapolda Papua Disebar di Udara )

Pertama, meletakkan senjata dan menyerahkan diri kepada aparat penegak hukum (Kepolisian Negara RI).

Kedua, agar tidak melakukan perbuatan melanggar hukum, seperti pengancaman, penganiayaan, perampokan, penjarahan, pemerkosaan, pembunuhan, dan perbuatan kriminal lainnya.

Namun sayang, upaya itu tak membuahkan hasil. Bahkan KKB semakin gencar melakukan aksi penembakan. Terakhir, dua anggota Brimob Polda Papua tertembak dan satu dikabarkan meninggal dunia yakni, Bripka Anumerta Firman.

Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, maklumat itu akan berlaku sampai kelompok ini menyerahkan diri. “Mereka ini berbahaya berada di lingkungan masyarakat, apalagi mereka memiliki puluhan pucuk senjata api,” ujar dia.

Satgas penanggulangan KKB juga berupaya untuk segera membebaskan warga sipil yang disandera dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.

“Ada 200 personel gabungan yang terlibat dalam operasi terpadu, yang bertugas untuk menangani Kelompok KKB,” tegasnya.

(Baca juga : Dua Anggota Brimob Ditembak Kelompok Bersenjata, Satu Tewas )

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal mengungkapkan, dari sejumlah aksi kejahatan yang mereka lakukan, ada 21 orang yang sudah teridentifikasi dan telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).

"Ada 21 orang kami nyatakan DPO dari KKB yang dipimpin Sabinus Waker. Kita berharap mereka untuk menyerahkan diri," lugasnya.

Dari 21 orang itu, rata-rata telah melakukan perbuatan melawan hukum tiga kali dan paling banyak 7 kali.

"Kalau dijumlah, semuanya 121 perkara. Atau paling sedikit 3 laporan polisi terhadap masing-masing di antara 21 orang yang kita nyatakan DPO," ucapnya.

"Salah satu kasus yang mereka lakukan pada 1 Januari 2015. Mereka melakukan pembunuhan terhadap dua anggota Brimob di Kampung Utikini dan merampas dua pucuk senjata Steyr bersama 125 butir amunisi caliber 5,56 mm," tuturnya.

Kodam XVII/Cendrawasih menilai, pola yang dilakukan Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM), yakni hit and run (menyerang dan kabur).

Hal ini dinilai pengecut dan tak sesuai dengan pernyataan mereka di media yang akan melakukan perang terbuka.

Juru Bicara Kodam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhamad Aidi, menyikapi perang terbuka yang dilakukan TPN OPM di area Freeport dan klaim penembakan anggota Brimob Polda Papua. 

Aidi mengungkapkan, TPN OPM selama ini berlindung atau menjadi masyarakat sebagai tameng, sehingga menyulitkan aparat TNI dan Polri yang melakukan “operasi terpadu”.

“Kita katakan mereka adalah TPN OPM. Mereka itu menyandera masyarakat. Kalau mau perang terbuka, silahkan. Tapi jangan libatkan masyarakat. Dia mengunakan masyarakat tameng dan sampai saat ini ada sekitar 1.300 orang disandera dan mereka kini kehabisan logistik bahkan jatuh sakit,” paparnya.

Data terakhir yang dimiliki TNI, mereka berjumlah 35 orang yang memiliki senjata berstandar militer. Senjata tersebut rampasan dan diperoleh dari pihak yang tak bisa terungkap.

“Sisanya 100 orang lebih menggunakan senjata tradisional, baik itu senjata rakitan, panah, tombak, parang, dan lain-lain. Ini data kita terakhir dan mudah-mudahan kami tak melenceng,” tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com