Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Ridwan Kamil Dinilai Berisiko karena Didukung Tersangka Korupsi

Kompas.com - 15/11/2017, 17:00 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komarudin menilai, posisi calon gubernur Ridwan Kamil sangat riskan karena didukung Golkar yang ketua umumnya, Setya Novanto kini tersandung kasus dugaan korupsi KTP elektronik.

Padahal, kata Ujang, selama ini Ridwan Kamil kerap berkomitmen mendukung upaya pemberantasan korupsi dan selalu digaung-gaungkan di media.

"Ini akan berdampak pada elektabilitas Ridwan Kamil di Pilgub Jabar karena didukung oleh tersangka, sehingga akan muncul sentimen-sentimen dari sejumlah pihak, bagaimana komitmennya terhadap pemberantasan korupsi," ujar Ujang Komarudin kepada Kompas.com melalui sambungan telepon seluler, Rabu (15/11/2017).

Ujang menambahkan, Ridwan Kamil terlalu mengambil risiko untuk tetap bertahan di Golkar yang ketua umumnya dijadikan tersangka korupsi, meskipun belum ada keputusan hukum yang sah. Namun, saat kondisi itu masuk ke ranah politik akan banyak mempengaruhi elektabilitasnya.

"Menurut saya hindari, jangan main di wilayah abu-abu. Tapi jika di Golkar ada pemimpin baru maka tidak masalah. Jika tidak, ini terlalu berisiko," katanya.

Baca juga : Ridwan Kamil Terima SK Golkar dari Setya Novanto untuk Pilkada Jabar

Sebenarnya, menurut Ujang, dengan dukungan Partai Nasdem, PKB dan PPP, Ridwan Kamil sudah bisa mencalonkan diri sebagai gubernur. Dengan demikian, saat ketua umum Golkar tersandung kasus hukum, Emil, sapaan Ridwan Kamil, tidak akan terkena cipratannya. 

"Ridwan Kamil ini kan sudah punya tiket untuk maju di Pilgub Jabar tanpa didukung Golkar sekalipun. Dan, secara politik, ditetapkannya Setya Novanto tidak menguntungkan Ridwan Kamil. Jadi saran saya, Ridwan Kamil harus menghindari, bahkan kalau perlu tinggalkan. Secara politik ini tidak untungkan Ridwan Kamil kok, meskipun Ridwan Kamil butuh Golkar sebagai peraih suara terbanyak kedua," ujarnya.

Baca juga : Yahya Zaini: Ridwan Kamil Ingin Jadi Kader Golkar

Seperti diketahui, sehari setelah penyerahan SK dukungan Golkar kepada Ridwan Kamil, Ketua Umum Golkar Setya Novanto langsung ditetapkan tersangka oleh KPK. Ketua DPR itu sempat mangkir dari panggilan KPK pada hari ini saat akan dimintai keterangan sebagai tersangka.

Daya tawar tinggi

Pendapat berbeda disampaikan pengamat politik sekaligus dosen Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi. Dia mengatakan, bergabungnya Partai Golkar mendukung calon gubernur Ridwan Kamil membuat daya tawar Ridwan Kamil semakin tinggi dalam konstelasi politik Pilkada Jabar saat ini.

Adapun kasus tersangka yang mendera Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto tak akan berpengaruh besar pada elektabilitas Ridwan Kamil yang tertinggi saat ini dibanding calon lainnya.

"Justru dengan bergabungnya Partai Golkar, Kang Emil memiliki keuntungan yang lebih besar dan bargaining-nya (daya tawar) semakin tinggi di Pilgub Jabar. Sebaran dukungan nasionalis dari Nasdem dan Golkar serta muslim dari partai Islam PKB dan PPP mendapatkan dukungan yang lebih luas," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/11/2017).

Menurut Muradi, pengaruh kasus Setnov tak akan terlalu besar dan lebih banyak keuntungan yang didapatkan Ridwan Kamil dari Golkar. Ia menilai, Golkar memiliki struktur yang normal dan partai kedua terbesar di Jawa Barat.

"Indikasinya tidak terlalu besar dan lebih banyak keuntungannya Kang Emil didukung oleh Partai Golkar di Pilgub Jabar. Tentu tak akan berpengaruh dengan itu, dulu juga Golkar saat zaman Akbar Tanjung kan sama, tapi Golkar malah mampu bangkit di pemilihan umum. Tak berpengaruh," katanya.

Kompas TV Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto Hari ini (9/11) menyerahkan surat keputusan dukungan pada Ridwan Kamil sebagai Cagub Jawa Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com