Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gas Rawa Melimpah Ruah, Sudah 2 Bulan Warga Tak Lagi Beli Gas Melon

Kompas.com - 15/11/2017, 08:43 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com — Sudah lebih dari dua bulan ini, puluhan keluarga kurang mampu di Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tidak lagi menggunakan tabung gas melon untuk memasak. 

Warga tidak lagi harus bersusah payah berburu hingga mengeluarkan biaya untuk mendapatkan fasilitas tabung gas elpiji atau liquid petroleum gas ukuran 3 kilogram subsidi dari pemerintah itu. 

Desa Rajek yang dihuni sekitar 750 kepala keluarga ini bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Purwodadi, Grobogan. Infrastruktur akses jalan desa cukup memadai dengan betonisasi.

Desa ini dikelilingi lahan persawahan yang subur. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai buruh tani serta buruh bangunan. 

Seperti masyarakat umumnya, selama ini kompor gas dan tabung gas melon sudah menjadi fasilitas kebutuhan primer warga setempat. Rata-rata setiap keluarga di Desa Rajek memiliki sarana itu. Namun, kini mereka tak membutuhkan gas melon lagi.

(Baca juga: Viral Foto Mengharukan Ayah dan Anak di Kereta, Ini Faktanya)

Semua berawal dari sumur bor untuk mencukupi kebutuhan akan air bersih. Sebenarnya, warga desa sudah lama ingin merealisasikan sendiri sumur bor tanpa bantuan dari pemerintah. Hanya saja, upaya mencari sumber air itu urung untuk diwujudkan lantaran selalu saja titik lokasi tanah yang digali muncul semburan air yang dahsyat. 

Fenomena alam inilah yang kemudian membuat warga mengurungkan niat untuk membuat sumur. Warga ketakutan dengan dampak buruk yang akan terjadi jika nekat membuat sumur. Kini, mereka mengandalkan sumur bor yang diwujudkan melalui program pemerintah, yakni Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

"Sejak zaman leluhur, berkali-kali saat ingin buat sumur pasti keluar semburan air yang deras. Kami khawatir dan tak lagi-lagi membuat sumur. Hingga akhirnya ada Program Pamsimas yang membantu kami," kata Ketua Kelompok Masyarakat Desa Rajek, Moh Sukur, Selasa (14/11/2017).

 

Separator yang memisahkan air dan gas terpasang di Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (14/11/2017).?
Kompas.com/Puthut Dwi PN Separator yang memisahkan air dan gas terpasang di Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (14/11/2017).?

Gas rawa

Isyarat alam di Desa Rajek membuat gatal telinga pemerintah sehingga ditindaklanjuti. Pada 2013, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menerjunkan tim ahli geologi untuk menggelar riset di Desa Rajek.

Di luar perkiraan, hasil penelitian mencatat bahwa ternyata kandungan gas alam melimpah ruah terpendam di tanah Desa Rajek. Secara ilmiah, ahli geologi yang diterjunkan menyebutkan bahwa gas alam di Desa Rajek itu sebagai gas rawa, yaitu gas alam yang bersemayam di kedalaman yang dangkal. 

Di Desa Rajek, gas yang terbentuk dari fosil hewan dan tumbuhan itu ditemukan di kedalaman sekitar 30-40 meter.

"Luar biasa kandungan gas rawa di Desa Rajek. Gas rawa di Desa Rajek berada di kedalaman 30-40 meter. Lokasinya di titik-titik tertentu. Jenisnya biogenik gas dan di kedalaman dangkal. Usia lebih muda dan bersih dibanding gas alam yang terpendam di kedalaman ratusan hingga ribuan meter. Kandungan metana (CH4) lebih banyak. Secara geologi, kami yakin jika dibor di kedalaman yang lebih dalam lagi, akan lebih banyak lagi kandungan gas alam yang tersimpan di Desa Rajek," ungkap Ketua Ahli Geologi yang meneliti di Desa Rajek, Handoko Teguh Wibowo.

Lulusan S-2 Marine Geology and Geophysic, Oregon State University, Amerika, itu menyampaikan, pada tahun 2017, melalui bantuan anggaran dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, pihaknya diminta fokus memanfaatkan gas alam tersebut untuk memberdayakan masyarakat.

Sampai akhirnya, Handoko yang merupakan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jatim ini mencetuskan ide untuk mengalirkan gas rawa itu ke setiap rumah warga sebagai pengganti tabung gas melon. Lalu diciptakanlah teknologi tepat guna untuk pemanfaatan gas alam. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com