Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secangkir Kopi Jawa Barat untuk Dunia

Kompas.com - 13/11/2017, 22:41 WIB
Reni Susanti

Penulis

Promosi

Pemprov Jabar mengimbangi penggenjotan tanaman kopi dengan promosi. Ada berbagai cara yang dilakukan mulai dari pelaksanaan West Java Coffee Festival (WJCF) yang dilakukan setiap tahun, hingga melalui film “Kelana Roda Dua”.

Film hasil kerja sama dengan komunitas pecinta motor ini dibuat semi dokumenter. Mengisahkan perjalanan Omar dengan motor kesayangannya menyusuri keindangan Pangalengan yang menjadi tempat kopi Gunung Puntang milik Ayi Sutedja.

Tak cukup dengan film maupun pameran. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan kerap mempromosikan kopi Java Preanger dalam setiap kunjungannya baik di dalam negeri maupun luar negeri.

“Minumlah kopi yang digiling bukan yang digunting (kopi sachet),” ucapnya kepada Kompas.com menyepertikan kata-katanya yang kerap disampaikan di tiap pertemuan.

Ia menceritakan, ada kebiasaan aneh di Indonesia. Produk berkualitas dijual ke luar seperti kopi giling Java Preanger. Namun yang dikonsumsi malah produk kurang bagus.

Karena itu, ia akan terus mempromosikan kopi berkualitas ini kemanapun. Sebab minum kopi dengan baik dan benar bermanfaat bagi kesehatan. Di antaranya, kopi mengandung anti oksidan yang dapat menghilangkan zat-zat kotor dalam tumbuh.

Untuk mengoptimalkan kopi asal Jabar, ia juga menginstruksinya Bank BJB untuk mempermudah permodalan para petani. Bank BJB diminta jemput bola untuk memenuhi kebutuhan petani kopi.

Ilustrasi kopipixelliebe Ilustrasi kopi

A Cup of Java

Dalam sejumlah literatur, kopi masuk ke Indonesia pada 1969. Pemerintah Belanda membawa kopi dari India dan ditanam di Pulau Jawa, tepatnya Jawa Barat. Masyarakat Jabar saat itu dipaksa menanam kopi. Hasilnya diambil Belanda dan diekspor ke seluruh dunia.

Kopi Jabar yang dikenal Java Preanger sangat terkenal. Bahkan ada ungkapan yang menggambarkan kepopuleran Java Preanger di dunia, yani “A Cup of Java” atau Secangkir Kopi dari Jawa.

Namun, pada pertengahan 1800-an, kopi di Jabar banyak mati karena serangan hama karat daun. Sejumlah petani meyakini masih ada pohon sisa peninggalan zaman Belanda yang bertahan hidup hingga sekarang. 

Kompas TV Nilai ekspor kopi ke Korsel naik menjadi Rp 130 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com