Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Banyuwangi Demo Tolak Pembangunan di Puncak Gunung Ijen

Kompas.com - 09/11/2017, 20:44 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Puluhan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi menggelar aksi damai. Mereka menolak pembangunan di puncak Gunung Ijen Banyuwangi yang dilakukan BKSDA Jawa Timur.

Aksi tersebut dimulai dengan longmarch dari kampus mereka menuju kantor Pemda Banyuwangi dan melakukan orasi di depan kantor Bupati Banyuwangi, Kamis (9/11/2017).

Ardi Tyo Bastiar, koordinator aksi kepada Kompas.com menyatakan, jika mahasiswa di Banyuwangi menolak dan mengecam pembangunan di puncak Gunung Ijen. Karena di kawasan cagar alam kawah Ijen, terdapat flora dan fauna yang cukup melimpah.

"Di kawasan tersebut ada 86 jenis flora, 107 jenis burung, 21 jenis merupakan endemik. Dan pastinya keindahan alami kawah Gunung Ijen akan ternodai dengan bangunan permanen yang sedang didirikan berbahan besi beton. Apalagi Gunung Ijen masih berstatus vulkanik aktif," jelas Ardi.

(Baca juga : Pendopo dan Toilet Akan Dibangun di Puncak Gunung Ijen )

Mereka juga meminta Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berkoordinasi dengan pihak BKSDA Jawa Timur agar tidak melanjutkan pembangunaan di puncak Gunung Ijen. Rencananya, BKSDA akan mendirikan pendopo dan toilet.

Lubang yang ada di jalur pendakian Gunung Ijen BanyuwangiFoto koleksi Sea Soldier Banyuwangi Lubang yang ada di jalur pendakian Gunung Ijen Banyuwangi
Menurut Ardi, jika memang kebutuhan fasilitas seperti toilet dianggap mendesak masih bisa dibangun di paltuding atau di pos bunder dengan bangunan semi permanen.

"Ada beberapa fasilitas di kawasan tersebut seperti toilet tapi sama sekali tidak terawat. Mengapa tidak itu diperbaiki saja," kata Ardi.

Setelah melakukan orasi, perwakilan mahasiswa ditemui lansung oleh Husnul Chotimah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi.

Perwakilan mahasiswa tersebut juga menyampaikan keluhannya jika selama ini pihak BKSDA tidak pernah melakukan sosialisi terkait rencana pembangunan di puncak Gunung Ijen tersebut kepada masyarakat.

"Jika pun seandainya dibangun toilet di puncak Gunung Ijen, nanti akan dibuang kemana kotorannya? kalau dibuang sembarangan kan sama saja," kata Rama, salah seorang mahasiswa kepada Husnul.

(Baca juga : Gunung Ijen Bolong-bolong Tuai Kecaman Warganet)

Tiang pancang yang dibangun di puncak Gunung IjenFoto koleksi Sea Soldier Banyuwangi Tiang pancang yang dibangun di puncak Gunung Ijen
Sementara itu, Husnul Chotimah di hadapan para mahasiswa menjelaskan, jika selama ini pihaknya tidak pernah diajak koordinasi terkait pembangunan tersebut.

Secara resmi, menurut Husnul, Pemkab Banyuwangi juga telah melayangkan surat tertulis kepada pihak BKSDA untuk meminta penjelasan tertulis dari BKSDA Jawa timur.

"Bukan hanya Banyuwangi, dari Kabupaten Bondowoso juga sama tidak pernah diajak berbicara terkait pembangunan tersebut. Memang itu ranah dari BKSDA tapi kami kan juga berketepatan memiliki wilayah di situ," jelas Husnul.

Ia juga meminta kepada para mahasiswa untuk memberikan penjelasan tertulis terkait keberatan yang mereka ajukan mengenai pembangunan di puncak Gunung Ijen. Para mahasiswa diharapkan menulis solusi yang ditawarkan.

"Saya percaya jika adik-adik mahasiswa juga melakukan kajian jadi saya minta. Kajian tersebut juga disampaikan secara tertulis. Yang pasti kita tidak apatis terhadap keberatan yang disampaikan mereka," jelas Husnul. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com