Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/11/2017, 14:43 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Tenda biru menjadi peneduh bagi Muhammad Husein (33) dan keluarganya selama tinggal di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Selama 9 hari, warga Negara Afghanistan itu menumpang di tenda semi permanen yang saban hari digunakan untuk berjualan mi ayam.  "Saya sudah 9 hari (tinggal) di sini," kata Husein, Selasa (7/11/2017).

Tenda biru berukuran 3x4 meter itu jadi peneduh bagi Husein, istrinya Qudsiah (30) dan tiga anaknya Ali Khisoh (9), Ahmad (7), dan Ilyas (3)

Keluarga kecil itu berniat mencari suaka di Indonesia. Mereka imigran dari Kota Ghazni, Afganistan Timur. Selama di Indonesia, keluarga itu sudah tinggal selama empat bulan di Bogor.

(Baca juga : Jumlah Imigran Asal Libya yang Masuk ke Italia Menurun 70 Persen)

Berbekal tikar, Husein dan keluarganya memutuskan tinggal di Semarang. Tenda itu juga menjadi tempat baginya menghindari teriknya matahari dan hujan yang hampir tiap malam mengguyur Kota Semarang.

Tas besar yang berisi bawaannya ditutup plastik putih, lalu diikat di atas meja berwarna hijau yang ada di tenda tersebut.

Tenda milik Sabar (51) itu pun berdiri seadanya. Di sisi tenda, ada sebuah sungai dengan air kehitaman. Bunyi sirine kereta api juga menggema dari tenda itu.

Di Kota Semarang, Husein sebenarnya ingin tinggal sementara di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) di Jalan Hanoman Raya, Semarang.Tenda biru mi ayam itu persis berada di kantor itu. 

Ilustrasi imigranKOMPAS.com/ Kiki Andi Pati Ilustrasi imigran
Husein dan keluarganya tak bisa tinggal lantaran rumah penampungan penuh oleh imigran lain. Meski tak boleh tinggal di Rudenim, Husein tak patah arang. Ia dan keluarganya nekat tinggal sementara di sebuah tenda biru warung mi ayam tersebut.

(Baca juga : 41 Imigran Gelap Asal Vietnam Diamankan Polisi di Perairan NTT )

Ia mengatakan, kedatangannya ke Indonesia karena situasi Afganistan yang tidak aman. Rumah di kota asalnya hancur akibat korban perang beberapa tahun terakhir.

Pemilik tenda, Sabar (51), membenarkan imigran asal Afghanistan itu menginap di tendanya selama 9 hari. Namun siang tadi, Husein dan keluarganya dipindahkan.

"Tadi dia di sini. Tidur 9 hari di warung ini. Jam setengah 11 dibawa mobil deteksi imigrasi, enggak tahu dipindah kemana," ujar Sabar, saat ditemui Kompas.com, Selasa.

Menurut Sabar, kondisi keluarga imigran yang tinggal di tenda mi ayamnya mengundang keprihatinan warga sekitar. Warga yang kasihan, terutama pada tiga anaknya kerap memberi makan siang dan malam. Orang yang lewat juga kadang memberi makanan atau jajanan.

Menurut Sabar, Husein dan keluarganya menerima sumbangan tersebut. Sebenarnya, Husein membawa bekal uang. Namun jumlahnya terus menipis.

"Dia itu gak bisa komunikasi bahasa Indonesia, malah anaknya yang kecil bisa (Indonesia) sepotong-potong," paparnya. 

(Baca juga : Selundupkan Imigran ke Australia, Warga Myanmar Ini Bayar Rp 250 Juta )

Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban Rudenim Semarang, Dwi Alfa Novando menjelaskan, pihak deteksi imigrasi tak dapat berbuat banyak lantaran kondisi penampungan yang sudah penuh. Sejak awal, pihak kantor telah meminta keluarga kecil itu untuk kembali ke Bogor.

"Sudah tiap hari kita datangi, mereka tetap memilih menetap di situ. Padahal kita ingin mereka kembali ke komunitas mereka di Bogor," ujarnya.

Kini Husein dan keluarganya telah diangkut menggunakan mobil oleh petugas Rumah Deteksi Imigrasi. Mereka dikembalikan ke tempat tinggalnya semua di Bogor, Jawa Barat. 

Kompas TV Kobaran api di kamp migran Grande-Synthe belum juga bisa dipadamkan hingga Selasa dini hari waktu perancis.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com