Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Sekolah Diduga Cabuli Siswinya, Ratusan Pelajar Mogok Belajar

Kompas.com - 06/11/2017, 17:16 WIB
Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com - Ratusan siswa Sekolah Keberbakatan Olah Raga (SKO), Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan aksi mogok belajar, Senin (6/11/2017).

Mereka mogok sebagai aksi protes atas dugaan pencabulan yang dilakukan kepala sekolah mereka, Aslan, terhadap sejumlah siswi yang dilakukan di ruangan kerjanya saat malam hari. 

Bahkan, ratusan siswa SKO hendak menggelar aksi unjuk rasa di kantor Dinas Pendidikan Sultra, namun berhasil dicegah sejumlah guru dan petugas kepolisian dari Polsek Ranomeeto.

Para siswa yang didominasi laki-laki, tak terima rekannya dilecehkan oleh Kepala Sekolah. Mereka meminta kepala sekolah yang telah mencoreng nama baik sekolah tersebut diganti. 

(Baca juga : Dikecam, Oknum Guru yang Cabuli Siswinya hingga Tewas )

Ketua Osis SKO Kendari Gesang Rahmat mengaku, dirinya dan beberapa siswa lainnya kerap melihat kepala sekolah datang ke sekolah pada malam hari dan memanggil beberapa orang siswi masuk ke ruangannya.

"Jika teman perempuan kami atau siswi tidak mau maka mereka diancam akan dikeluarkan dari sekolah," ungkap Gesang ditemui di sekolahnya, Senin siang.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi
Hal itu juga dibenarkan oleh beberapa siswi SKO. Seorang siswa berinisial I mengaku, ia dan beberapa temannya sering diajak kepala sekolah untuk keluar dari asrama pada malam hari.

"Biasa diajak keluar asrama keliling-keling kota, pernah diajak sampai ke Jembatan Kuning. Bahkan dipanggil ke ruangannya, jika tidak mau datang kita diancam keluar sekolah," tuturnya.

Namun, sejumlah siswi dari atlet Pencak Silat dan atlet Tenis Meja, IK dan IR, enggan merinci secara detail tindakan asusila seperti apa yang mereka alami.

(Baca juga : Anak 12 Tahun Cabuli 4 Temannya dan Satu Balita Berusia 3 Tahun )

Sementara itu, pihak sekolah baru mengetahui tentang dugaan asusila yang diduga dilakukan kepala sekolah. Mereka berjanji akan melaporkan hal itu ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra.

"Kami baru tau ada tindakan tidak menyenangkan setelah siswi kami mengeluh sering dipanggil kepala sekolah untuk keluar dari asrama di waktu malam hari," terang Nasir, salah seorang guru SKO Kendari.

Ilustrasi pencabulan.Kompas.com/ Ericssen Ilustrasi pencabulan.
Kepala sekolah SKO, Aslan, membantah jika dirinya telah melakukan pencabulan terhadap siswinya. Kedatangannya di asrama pada malam hari untuk mengontrol bagaimana akademik dan asrama berjalan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedural).

"Saya sih belum naik, sudah izin ke penjaga asrama putri mungkin sebagian mereka tidak dengar sehingga mereka belum siap untuk menutup pakaian atau auratnya," tuturnya.

(Baca juga : Guru Bimbel di Matraman Diduga Cabuli Muridnya Lebih dari Satu Kali)

Soal siswi yang diajak keluar dari asrama pada malam hari, Aslan mengaku siswa minta diantar untuk belanja dan bukan hanya siswi ada juga siswa.

Terkait laporan siswi kepada orangtua yang menyebutkan dirinya melakukan pencabulan, Aslan mengaku hanya membasuh keringat siswi usai latihan olah raga.

"Melap keringat siswi setelah olah raga itu saya kira wajar- wajar saja sebagai guru olah raga, bukan mencium. Kalau saya dituduh mencium harus ada bukti seperti CCTV, saya sudah selesaikan itu dengan membayar denda adat," tuturnya.

Aslan menambahkan, tuduhan pencabulan yang ditujukan kepadanya adalah fitnah yang dilakukan orang-orang tak bertanggungjawab dan ingin menjatuhkankan posisinya.

Kompas TV Atas perbuatannya, pelaku terancam dengan hukuman 15 tahun penjara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com