Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karding: NU Besar, tetapi Hanya Dimanfaatkan...

Kompas.com - 05/11/2017, 20:24 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

 

SEMARANG, KOMPAS.com - Anggota MPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Kadir Karding meminta kaum perempuan muda Nahdlatul Ulama (NU) yang tergabung dalam organisasi Fatayat agar mandiri di segala bidang, termasuk politik.

Instrumen politik menurut Karding menjadi penting karena hal yang dasar tentang negara ada di dalam politik.

Namun sayangnya, penerapan ideologi NU, sebagai organisasi kemasyarakatan paling besar di Indonesia, selama ini hanya fokus di tingkat kultural tetapi lemah di tungkat struktural.

(Baca: NU Jabar Berharap Ada Cagub atau Cawagub dari Pesantren di Pilkada Jawa Barat)

Hal itu dikatakan Karding dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dengan tema Menjadi Perempuan Cerdas di Tahun Politik yang digelar oleh PW Fatayat NU Jawa Tengah di Hotel Siliwangi Semarang, Sabtu (4/11/2017) siang.

"Saya mencoba menganalisis peran-peran kesejarahan NU, kesimpulannya NU besar tetapi hanya dimanfaatkan," kata Karding seperti dikutip dari siaran pers Humas PW Fatayat NU Jawa Tengah, Minggu (5/11/2017) siang.

Karding menyebutkan, survei terbaru dari sebuah lembaga survei menunjukan bahwa 50 persen lebih penduduk Indonesia mengaku sebagai warga NU, baik dari kategori struktural maupun kultural.

Akan tetapi, fakta politiknya, NU lebih kecil dari Muhammadiyah. Hal ini merujuk kepada perolehan kursi di DPR RI yang direpresentasikan oleh PAN.

"Nah, ini harus jadi muhasabah, otokritik kita, kenapa yang 50 persen lebih ini tidak berdaya di tengah kebesaran jumlahnya," imbuhnya.

Menurut Executive Comitee Young Liberal Democratic Asia ini, ada beberapa hal yang menyebabkan peran NU di kancah perpolitikan relatif kecil meskipun jumlah anggotanya besar.

Antara lain, NU kurang solid dan yang kedua, NU belum mandiri.

"Santri hebat, santri mandiri, masih sekadar slogan. Kalau mau jujur belum," ucapnya.

Menurut Karding, politik itu kuncinya harus diperhitungkan. Banyak orang NU di daerah potensial, tetapi tidak bisa menjadi pemimpin daerah.

Jika ada kader Fatayat hendak terjun ke dunia politik maka harus dipikirkan dan diperhitungkan dari sekarang.

Selain itu, jangan lupa dengan tujuan utama terjun ke politik yaitu untuk memperjuangkan cita-cita NU dan Fatayat.

Sebab banyak politisi yang berangkat dari NU, namun kemudian lupa terhadap NU setelah duduk di kekuasaan.

"Jangan kemudian amnesia dari NU," imbuhnya.

(Baca juga : Jika Resmi Cagub Jatim, Gus Ipul dan Khofifah Harus Mundur dari NU)

Menghadapi tahun politik, ia meminta Fatayat NU jangan hanya jadi penggembira atau menjadi pemandu sorak. Akan tetapi harus solid agar mampu menjadikan kader terbaiknya di lembaga eksekutif dan legislatif.

Agar Fatayat NU menjadi kuat dan solid serta diperhitungkan, menurut Karding harus ada kaderisasi yang sistematis didukung oleh tim, sistem dan anggaran.

Selain itu Kader dan struktur Fatayat harus bisa beradaptasi dengan tantangan generasi milenial.

Dimulai dengan menguasai Informasi Teknologi (IT), berjejaring, hingga menguasai opini publik.

Disamping tidak melupakan tugas utamanya dalam mendidik anak-anak menjadi generasi yang salih.

"Kader harus canggih medsosnya, punyalah media center sampai tingkat ranting. Jadilah fatayat zaman now, kerjakan hal-hal kecil, tapi dampaknya besar," tuntasnya.

Sementara itu Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah Tazkiyyatul Muthmainnah dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini sengaja memilih tema Perempuan Cerdas di Tahun Politik, karena tahun 2018 adalah tahun politik.

Yakni Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah serta pemanasan menuju Pemilu Serentak 2019.

"Kita sebagai organisasi perempuan dengan kader yang sangat beragam, sangat potensial untuk dimanfaatkan, di tunggangi untuk kepentingan politik praktis. Jangan sampai Fatayat mengalami hal tersebut," kata Iin, panggilan akrab Tazkiyyatul Muthmainnah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com