Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Belajar Membatik dan Membuat Wayang Kulit di Kampung Sondakan

Kompas.com - 02/11/2017, 15:43 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Tak ada kata terlambat untuk belajar. Begitu pula bagi kita yang ingin belajar hingga mendalami batik klasik dan wayang kulit.

Salah satu tempat untuk belajar membatik dan membuat wayang kulit dapat Anda coba di Kampung Wisata di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah.

Tujuh tahun terakhir, di kampung kelahiran KH Samanhudi, saudagar batik dan pejuang kemerdekaan itu, sekelompok warga terus berjuang mewujudkan kampung wisata. Bukan hanya sekedar tempat berwisata, kampung dibentuk dapat menginspirasi wisatawan belajar membatik, memasak kuliner hingga membuat wayang.

Tak hanya itu. Wisatawan dapat bertukar ide dan pengalaman hingga join bisnis dengan pemilik UKM. Hebat bukan.

Baca juga: Siswa SMA Membatik Massal di Atas Kain Ratusan Meter

"Kampung wisata ini sudah kami rintis sejak tahun 2011. Jumlah UKM yang aktif sekitar 35. Mereka menggeluti kerajinan wayang kulit, batik, craft dan kuliner," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Kelurahan Sondakan-Solo, Albicia Hamzah disela-sela acara Napak Budaya Samanhoedi di Kantor Lurah Sondakan, Kamis (2/11/2017)

Salah satu ruang museum Samanhoedi yang menampilkan foto-foto Samanhoedi di era pra kemerdekaan. KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi Salah satu ruang museum Samanhoedi yang menampilkan foto-foto Samanhoedi di era pra kemerdekaan.
Bersama beberapa warga lainnya, Albi nama panggilan akrabnya, menggugah pemilik UKM untuk berbenah dan mengangkat potensi lokal sebagai tempat wisata budaya. Pasalnya beberapa UKM seperti kerajinan wayang kulit di wilayah Sondakan, produksinya sudah sampai mancanegara.

Sayangnya, meski sudah dikenal banyak orang, pemilik UKM kerajinan wayang kulit jarang memperhatikan kebersihan dan tata tempat produksi. Tempat produksi terkesan apa adanya.

Lain halnya bila tata tempat produksi menarik dan bersih, kata Albi, tentu akan mendatangkan banyak wisatawan.

Untuk menggugah semangat warga berkarya, Pokdarwis Sondakan menggelar Napak Budaya Samanhoedi. Napak budaya itu dimulai dengan acara mBatik Bareng dengan tema Indonesia, Samanhoedi dan Batik.

Nampak puluhan warga dari berbagai latar pekerjaan turut bersama membatik bersama di sepanjang jalan Samanhoedi Solo. Panitia bersiapkan kain sepanjang dua meter plus canting dan cairan untuk membatik.

Usai membatik, panitia menurunkan tim yang memiliki keahilan bidang membatik guna menyempurnakan karya warga. Selanjutnya, batik diwarnai hingga menghasilkan kain batik.

Nama Samanhoedi dipilih karena pria menjadi salah satu legenda pembatik Solo di era perjuangan kemerdekaan. Kala itu, Samanhudi menjadi salah satu saudagar batik terkenal asal Solo. Tak hanya aktif berbisnis, Samanhoedi juga aktif membantu pejuang merebut kemerdekaan RI. Dari usahanya itu, presiden pertama RI, Soekarno memberikan sebuah rumah di Sondakan.

TONTON-Warga setempat menonton peserta yang membatik di kain putih di acara mBatik bareng pada Napak Budaya Samanhoedi di Jalan KH Samanhoedi, Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Kamis ( 2/11/2017) siang.KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi TONTON-Warga setempat menonton peserta yang membatik di kain putih di acara mBatik bareng pada Napak Budaya Samanhoedi di Jalan KH Samanhoedi, Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Kamis ( 2/11/2017) siang.
Terinspirasi perjuangan Samanhoedi yang lahir di Sondakan, Pokdarwis Sondakan memilh nama Samanhoedi untuk makin menumbuhkan UKM mulai dari batik, wayang kulit, handycraft hingga kuliner.

"Napak Budaya Samanhoedi sudah menjadi acara tahunan. Setiap tahun, temanya selalu berbeda. Tahun ini temanya penguatan identitas dan sejarah kampung sebagai etalase kebudayaan dan pariwisata," kata Albi.

Ragam kegiatan napak budaya Samanhoedi mulai dari lomba pembuatan prototyepe logo Sondakan dan sejarah kampung, ziarah makam KH Samanhoedi, Focus Group Discussion dan Kirab Samanhoedi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com