Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penutupan Akses Jalan dan Ironi Pesepeda di Yogyakarta

Kompas.com - 02/11/2017, 13:50 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Wajah tua Wahyono (65) warga Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, tampak berkerut ketika harus mengangkat sepeda tua miliknya melewati portal di perlintasan kereta api di bawah jembatan layang Janti, Kamis (2/11/2017) pagi.

Saat di atas belahan portal selebar kurang lebih 1,5 meter, pria tua ini menengok ke kanan dan kiri sebentar untuk memastikan kereta tidak ada yang lewat. Setelah dirasa aman, ia melangkahkan kakinya menuntun sepedanya. 

Jalan yang sudah belasan tahun ia lewati dengan sepedanya itu kini harus ditutup untuk kendaraan oleh Kementerian Perhubungan sejak 30 Oktober 2017 malam.

"Kulo sampun 14 taun liwat mriki, sak niki kok ditutup (Saya sudah 14 tahun lewat di sini, tetapi sekarang kok ditutup)," ucapnya saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (2/11/2017).

Saat ditanya kenapa tidak memilih jembatan layang, dia mengaku sudah tidak kuat menanjak. "Sudah tua mas, mau naik tidak kuat napasnya nanti malah bahaya," ucap dia.

(Baca juga : Palang Pintu di Bawah Jembatan Layang Janti Yogyakarta Ditutup, Warga Bingung)

Wahyono tidak sendiri. Banyak warga yang nekat menerobos perlintasan kereta api ini. Dari pengamatan kompas.com beberapa orang pengguna sepeda memilih nekat menyebrang perlintasan kereta api dengan beberapa cara.

"Cuma mau beli pakan burung ke sana (sisi utara) kok, kalau naik (jembatan layang) ya kejauhan," kata Manto pengguna sepeda jenis balap yang merupakan warga Banguntapan, Bantul.

Ibu-ibu pengguna sepeda menyeberang di perlintasan kereta api di Janti, Yogyakarta.KOMPAS.com/Markus Yuwono Ibu-ibu pengguna sepeda menyeberang di perlintasan kereta api di Janti, Yogyakarta.
Ucapan tak kalah ketus keluar dari seorang pengendara sepeda gunung warna merah yang tak mau menyebutkan nama. "Kalau naik jembatan layang, orang seusia saya apa kuat?" katanya.

Para pelajar pun terlihat nekat menyeberang dengan mengangkat sepedanya. Mereka menerobos palang pintu agar lebih dekat ke lokasi tujuan.

Sebab jika harus melewati jembatan layang mengayuh sepeda, mereka kesulitan ketika harus memutar arah. Karena di pertigaan Janti tidak diperbolehkan kendaraan langsung memutar arah kembali ke selatan. 

(Baca juga : Jalan di Bawah Jembatan Layang Janti Yogyakarta Ditutup, Dishub Bilang Sudah Sosialisasi)

Begitu pula sebaliknya dari arah utara yang ke selatan. Jika ingin beraktivitas di bawah jembatan layang harus memutar sekitar perempatan blog O. Itupun dilarang langsung berbalik arah.

Pengendara harus berjalan ke selatan atau ke kanan baru memutar. Di depan gedung serbaguna Akademi Angkatan Udara (AAU), Bantul yang paling dekat ada penunjuk dilarang memutar.

Bagi pengguna kendaraan bermotor mungkin tidak masalah. Namun jika sepeda kayuh mereka harus mengangkat untuk pindah jalur. Itupun cukup berbahaya karena harus menyeberang jalur cepat Jalan Majapahit atau Ring Road Timur.

Jika tidak mau menyeberang, maka harus melawan arus dari pengguna jalan di bawah jembatan

Hingga kini, banyak warga Yogyakarta yang menggunakan sepeda untuk berangkat sekolah, kantor, atau sekedar beraktivitas di luar ruangan. Bahkan, pemerintah DIY menyiapkan jalur khusus sepeda. Bahkan saat berhenti di trafic light, disediakan ruang khusus pesepeda bercat hijau. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com